TUJUAN DAN PENTINGNYA PENDIDIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Qiraatul Qutub Tarbawi yang
diampu oleh Bapak Azhar Amrullah Hafizh, LC, M.TH.I.
Oleh
:
1. Abdul
Kuddus NIM. 201601010-----
2. Achmad Al Fatih NIM. 201607010-----
3. Adi
Febriyanto NIM.
201607010-----
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kepada kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan Rahmah, Taufiq
serta Hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Islam” yang merupakan salah satu
tugas pertama dari mata kuliah Qiraatul Qutub Tarbawi. Shalawat dan salam
semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada dosen yang telah membimbing serta memberi arahan kepada penulis dalam menyusun
dan menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah pemahaman serta wawasan kita tentang
“Tujuan dan Pentingnya Pendidikan Islam”.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh
karena itu, kepada semua pembaca dan pakar dimohon saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Kepada
semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya makalah
ini, penulis ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Aamiin
ya Rabbal ‘Alamiin
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang calon pendidik hanya akan melaksanakan
tugasnya dengan baik jika memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa
yang dimaksud pendidikan. Jawaban yang
benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap unsur-unsurnya,
konsep dasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan sebagai sistem.
Ketika
semua unsur pengetaahuan mengetahui perannya masing-masing, maka ini akan
mempermudah dalam menggapai tujuan pendidikan tersebut. Namun, sekedar
mengetahui bukan hal yang dianggap cukup. Kesadaran akan pengaplikasian yang
penuh keikhlasan adalah sesuatu yang lebih penting karena dalam mendidik
dibutuhkan seorang pendidik yang tangguh dan penuh kesabaran dalam menyalurkan
segala ilmu yang ia punya.
Maka
dari itu, kita membuat makalaah ini agar lebih memahami tujuan dan pentingnya
pendidikan guru dan calon guru.
1.
Bagaimana
tujuan pendidikan yang benar?
2.
Bagaimana
pentingnya pendidikan bagi seorang anak?
1.
Menjelaskan
tujuan pendidikan yang benar.
2.
Menjelaskan
pentingnya pendidikan bagi seorang anak.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan merupakan suatu sistem dan proses yang melibatkan
berbagai komponen. Tujuan dan pentingnya pendidikan merupakan bagian dari
sistem pendidikan. Antara satu komponen dengan komponen yang lain saling
bekerjasama dalam mencapai tujuan. Apabila ada komponen yang baik, tetapi juga
ada komponen yang jelek, maka tujuan tidak akan tercapai dengan baik. Dalam bab
ini akan dijelaskan tentang tujuan dan pentingnya pendidikan Islam.
Tidak lebih dari bentuk permainan kata! Dan tidak berarti hal itu
diremehkan dalam pendidikan, tapi disini kami ingin menekankan bahwa
pendidikan, di rumah, disekolah, dan dimana saja tidak akan menghasilkan apa
yang mereka harapkan dan inginkan karena pendidikan bukan untuk menciptakan
generasi supranatural.
Konsep tujuan pendidikan
menurut Omar Muhammad at-Taumy asy-Syaibani adalah perubahan yang diinginkan
melalui proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu pada kehidupan
pribadinya, pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar maupun pada proses
pendidikandan pengajaran itu sendiri sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai
proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.[1]
Menurut Muhammad Athiyah
al-Absyari bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan
akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, berjiwa
bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia, baik
laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juag mengerti kewajiban masing-masing,
dapat membedakan antara baik dan buruk, mampu menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat
Tuhan, dan mengetahui apa yang dilakukan.[2]
Sesungguhnya hubungan pendidikan dengan sistem kehidupan lainnya
merupakan hubungan dialektis. Memberi dan menerima, pengaruh dan dipengaruhi,
dan mereka akan melakukan apa yang mereka inginkan dengan adanya pendidikan.
Pendidikan mampu mengatasi semua faktor-faktor timbulnya masalah politik,
sosial, dan ekonomi.
Pandangan yang komprehensif ini akan mengurangi tingkat kesalahan
orang tua dan guru, dan semua orang yang benar-benar peduli tentang masa depan
bangsa. Dan itu akan membuat mereka berpikir kembali untuk mencapai semacam kemajuan yang menyeluruh daripada
berfokus pada sistem yang tunggal, dan dia akan menganggap itu adalah hasil
yang mengesankan, setelah tidak memungkinkannya sifat dan ruang lingkup yang
terbatas.
Tiap individu atau kelompok tidak selalu sama falsafah hidupnya,
sehingga dasar dan tujuan pendidikannya pun berbeda. Misalnya, si A memiliki
falsafah “hidup adalah mencari kebahagiaan, dan kebahagiaan hanya bisa diraih
dengan kekayaan”. Jika si A memiliki anak, maka dia akan mendidik anaknya agar
cakap mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya demi meraih kebahagiaan. Hal ini
akan berbeda dengan si B yang memiliki falsafah “hidup adalah untuk mengabdi
kepada Tuhan”. Dengan falsafah demikian, maka si B akan mendidik anak-anaknya
agar menjadi hamba yang taan kepada Tuhan. Kekayaan materi baginya bukan
tujuan, hanya sebagai sarana menuju ridha Tuhan.[3]
Sesungguhnya hukum pendidikan tidak hanya berlaku untuk cairan
transmisi dan keseimbangan semata, tetapi sistem ide-ide dan kebijakan termasuk
didalamnya juga.
Kami akan menambahkan ini dengan mengatakan: sesungguhnya pendidikan
sebagai mediator budaya, menyampaikan pesan, mengidentifikasi tempat untuk
suatu pekerjaan, dan menetapkan standar etika. Pendidikan bisa menjadi pedang
bermata dua, karena merupakan tugas ganda yang sulit, mereka berusaha menjaga
apa yang baik dari komponen budaya yang berbeda, melalui penyebaran dan
pengasuhan anak muda, mereka juga berusaha untuk menabur ide-ide, kebiasaan,
dan pengetahuan baru, mungkin tentang apa yang tidak diketahui dan tidak
menjadi kebiasaannya. Semua ini dilakukan dalam masyrakat yang perubahannya
sangat cepat, sifat hasil pekerjaan tersebut biasanya lambat, dan anda butuh
keterampilan dan kesabaran.
Sementara kehilangan transparansi yang memadai dan pendidik merasa
ada perbedaan halus antara apa yang harus tetap diwajibkan karena sesungguhnya
merupakan fundamental dan esensial. Dan apa yang harus diubah, itu kemudian
mengingat bahwa pendidikan akan dibongkar melalui pencampuran konstanta visi dan
variabel faktor.
Sesungguhnya peran baru pendidikan bukan hanya untuk mempersiapkan
generasi untuk menerima perubahan yang akan datang dan bukan hanya untuk
beradaptasi dengannya. Melainkan peran baru pendidikan sebagai kontrol dan
untuk mengeluarkan setiap bakat atau kemampuan terbaiknya.
Sesungguhnya setiap bangsa didunia memiliki tradisi pendidikan.
Sejarah manusia ditandai dengan hancurnya bangsa yang menggunakan alat untuk
kelanjutan hidup yang ada tanpa pendidikan deskriminasi. Dan bangsa Islam yang
menderita berbagai bentuk keterbelakangan berusaha untuk mewujudkan ukuran
kontribusi untuk mengangkat sebagian kecil dari situasi saat ini.
Perkumpulan Allah dengan orang yang berilmu antara menghormati dan
mengujinya, dan hal ini berlaku di alam semestanya. Istilah ini sering
tercermin dalam kehidupan masyarakat dan kemampuan potensi yang tersedia, lalu
manusia itu melakukan tugasnya dalam potensi investasi dengan kemampuan yang
baik. Jika mereka tidak memanfaat potensi yang telah Allah berikan dengan
sebaik-baiknya, maka dia akan kehilangan kehormatannya dan Allah akan
menghinakannya, yaitu: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ketempat yang
serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. Pendidikan
adalah metode atau alat yang menempatkan manusia pada awal jalur pertumbuhan dan
mengambil keuntungan dari pusat sosial yang ada.
Tugas pendidikan adalah bagaimana pendidik mampu melestarikan dan
mentransformasikan nilai ilahiyyah kepada peserta didik. Nilai ilahiyyah yang
intrinsik (qath’i) harus diterima sebagai suatu kebenaran mutlak tanpa ada
upaya ijtihad, sementara nilai ilahiyyah yang instrumental (zhanni) dapat
dikembangkan sesuai dengan kondisi zaman, tempat, dan keadaan. Sementara nilai
insaniyyah, tugas pendidikan senantiasa melakukan inovasi dan menumbuhkan kreativitas
diri agar nilai itu berkembang sesuai dengan tuntutan masyarakat.[4]
Kita bisa berpikir pentingnya pendidikan dalam kehidupan individu
dan masyarakat sebagai berikut:
Sifat
kemanusiaan disini biasanya diwarisi oleh kedua orangtuanya. Oleh karena itu,
untuk memperoleh sifat kemanusia yang baik, kita bisa belajar dikeluarga maupun
masyarakat. Hal ini terbukti ketika kamu membandingkan orang hutan yang tidak
mementingkan untuk menuai manfaat dengan orang yang bekerja disebuah pusat
penelitian atau mengemudi pesawat modern.
Sesungguhnya
adanya alam adalah bukti penciptaan dan kebesarannya yang di ciptakan untuk
manusia. Sesungguhnya manusia lahir tanpa memiliki unsur-unsur kemanusiaan, maka
dengan pendidikanlah manusia dapat memiliki sifat kemanusiaan. Dimana
pendidikan memiliki andil dengan presentase yang cukup besar.
Dengan
kemajuan pesat dari kesenjangan peradaban antara kemampuan potensial dan bawaan
murni anak. Diantara yang harus dimiliki seorang anak ketika telah sampai jatuh
tempo sangat besar, sampai anak berusia 30 tahun. Maka dia harus menemukan
pekerjaan yang layak, dan dalam memahami alam sekitarnya kita perlu belajar dan
berlatih, dan memperoleh keterampilan sekita usia 20-30 tahun. Dan semua ini datang melalui
pendidikan dalam arti bahwa fungsi pendidikan pada terhadap manusia manjadi
sangat penting dan lebih luas.
Dimana
pendidik sangat dipengaruhi oleh budaya dan apapun yang telah dikenalnya dan
diyakininya, sehingga penting dalam pembentukan asuhan yang harus diawasi.
Msalahnya disini sesungguhnya pendidikan kita belum mencapai keberhasilan yang
jelas dalam mewujudkan tujuan utama yang benar. Maka perlu dicatat bahwa
sesungguhnya manusia merasakan tujuan dari hidup ini menjemukan atau norak. Hal
inilah yang membuat interaksi dan antusias yang lemah atau bahkan tidak
tercapai, dan inillah yang kami lihat hari ini. Dimana dia memendam setiap
muslim dalam dirinya sendiri yang tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan
diri kepada Allah tetapi kurang efiensi dalam persepsi emosional dan mental.
Inilah yang menyebabkan usaha melemah untuk mencapai kemajuan seorang muslim.
Adapun
sekularis dan materialis, seperti telah kehilangan tujuan utama. Dia telah
menyatakannya ketika dia berkata: “peradaban kita memiliki paralatan yang
lengkap, tetapi tujuan utama sangat misterius.”
Ini
adalah tragedi untuk menyebarkan pengetahuan, arus informasi disetiap arah,
komposisi pribadi semakin lemah dari generasi baru, dan setidaknya harus bijak
dalam wawasan keilmuan. Alasannya adalah banyak dari kegiatan pendidikan yang
telah pindah jalur dari orbit tujuan utama, sehingga kehilangan homogenitas
yang berlaku dan menempatkan fragmentasi dan pencampuran. Oleh karena itu,
pendidikan berbudi luhur yang tidak semua orang yang tersebar didepan kelompok
kebaikan, pemerintah dan tips, tetapi mereka seperti benang cahaya, semua
terorganisir terkutip, dan mendorong mereka untuk fokus pada individu,
kedalaman struktur intelektual dan kedalaman kesadaran. Semua ini tidak akan
hilang kecuali dengan beberapa jenis keharmonisan antara semua perangkat pendidikan
dan informasi pendidikan.
Ilmu
menimbulkan pertanyaan tentang berapa banyak mereka memberi kita kepastian.
Pentingnya pendidikan mental yang kita kembangkan dalam persepsi kami,
membangun komponen budaya, memungkinkan kita untuk mengeluarkan ketentuan suara
dan logis meskipun kurangnya implikasi, perkenalan dan informasi.
Orang
yang belum menerima pendidikan yang baik bahkan tidak dapat mengambil manfaat
dari kepastian informasi. Ini menjelaskan hal-hal interpretasi yang salah,
mudah untuk ditipu, dan membuat penilaian. Ilmu pengetahuan dan liogika dalam
hal ini Ali ra. berkata: “Pendapat
syaikh, dan tidak berpendapat selain itu”. Maka syaikh akan melihat apa yang
kurang dari informasi tersebut dengan menggunakan pengalamannya. Adapun anak
itu mempunyai pikiran yang dianggap dengan apa yang dilihat, dan penafsirannya
dia sering kasar, karena ketidaktahuannya tentang hal tersebut.
Dan
pembelajaran pendidikan untuk membangun pemikiran logis untuk tujuan sejumlah
ide dasar, seperti yang berkaitan dengan hal, logika, dan hukum-hukum Allah
Yang Maha Kuasa dalam penciptaan, dan sifat hubungan antara penyebab dan
pemicu, dan membedakan antara perkenalan dan perkenalan dakwaan. Apabila kita
menjadi pemuda yang kuat, dan kami telah mengejar selama 20 tahun, dan kemudian
kami membuat penilaian dan menemukan sewenang-wenang yang jauh dari kewajaran,
dan terisolasi dari pengalaman, maka ini berarti bahwa pendidikan untuk
mencapai tujuan utama yang penting, dan jadi hilang bagian dari nilai dan
pentingnya.
Dan
saya menyesal mengatakan: “sesungguhnya pendidikan kita tidak memiliki sebagian
besar dari remaja kami dan siswa kami. Apa yang harus dimiliki dari kemampuan
yang logis untuk mengisi kekosongan informasi selama hukuman”.
Sesungguhnya
pikiran bekerja pada sistem yang berjalan (komputer), meskipun sulit untuk
memasuki perbaikan pada informasi yang diberikan kepadanya. Hal ini bagus untuk
kemajuan program komputer yang berpusat pada pengembangan lebih dari putaran
antara kemajuan rekayasa teknik, serta urusan dengan pikiran manusia. Maka maju
pemuliaan dan peluncuran logis dari imajinasi lebih penting daripada potensi
dasar gizi ilmiah bawaan.
4.
Pendidikan
dapat menjadikan manusia memenuhi syarat untuk hidup dalam masyarakat, dan
salah satu dari kita tidak merasa besarnya manfaat bagi dirinya karena
disebabkan munculnya pengaruh sosial yang berbeda, dan itu merupakan manfaat
yang sebenarnya. Dalam rangka untuk digambarkan, dan awalnya disebarluaskan
dilingkungan luar, manusia yang mempunyai adab yang sopan dapat diperoleh dari
masyarakat yang menghargai kualitas dan mendidik mereka.
Menurut
Hasan Langgulung, pendidikan memiliki beberapa fungsi yang meliputi;
a.
Menyiapkan
generasi muda untuk memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat di masa
yang akan datang.
b.
Memindahkan
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi
tua ke generasi muda.
c.
Memindahkan
nilai-nilai untuk memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi
syarat mutlak bagi kelanjutan hidup suatu masyarakat dan peradaban.[5]
Seringkali
pria yang tegas berpikir atas pendidikan dan kebutuhan untuk memberikan otonomi
kepada anak peremuan dan anak laki-laki, kecuali orangtua yang sadar akan
resiko yang terkena sebab berbeda dari konteks sosial yaang berlaku dari negara
berkembang. Adapun mereka memaksa untuk meningkatkan tekanan pada anak-anak
mereka dan duplikat salinan daari mereka. Tidak ada keraguan untuk kita dalam
bersikeras ekstrim yang mendorong masyarakat untuk dirinya, seperti apa yang
sesungguhnya keragaman budaya dari entitas sosial yang parah mungkin akan
musnah. Berarti bahwa keberhasilan pendidikan bergantung dalam perannya,
berhenti pada keberadaan standar yang jelas, memberikan kita kemampuan untuk
menunjukkan tingkat yang diperlukan kesamaan dan keragaman dalam masyarakat
muslim. Pada tingkat umum yaang sistematik untuk kami dan kerangka kerja yang
jelas dalam hal ini yaitu sebagai dasar dalam doktrin tauhid, dan apa yang
disebut dengan lima fundamental, dan untuk menjaga agama, mejaga diri, akal,
tujuan, dan harta. Apa yang terjadi diperguruan tinggi ini tidak dari ketentuan
literatur dan ditambahkan kulni (diperbolehkan) yang mewakili keragaman sosial
yang berdasar dalam segala bentuknya.
Saya
pikir pendidik perlu untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang aset dan
kapak sehingga mereka dapat melaksanakan tugas mereka dalam menciptakan
interaksi yang muncul dengan tema-tema ini, dan bergerak dalam kerangka kerja
yang muncul. Namun hal ini dapat membuang pengalaman dan studi yang menempatkan
titik pada karakter, dan memperdalam pemahaman tentang penggunaan optimal dari
semua ini.
Saya
tidak ingin pergi dalam penjelasan pentingnya pendidikan, akan transpirasi
pembaca melalui seluruh pernyataan melalui seluruh pernyataan tersedia buku ini
setiap masalah adalah masalah pendidikan, semoga Allah menghendaki kita.
Menurut
Muhammad Athiyah al-Absyari bahwa tujuan
utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah,
bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia, baik laki-laki maupun perempuan.
Selain itu, juag mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik
dan buruk, mampu menyusun skala prioritas,
menghindari perbuatan tercela, mengingat Tuhan, dan mengetahui apa yang
dilakukan.
Kita bisa berpikir pentingnya pendidikan dalam kehidupan individu
dan masyarakat sebagai berikut:
1.
Manusia
tidak bisa dikatakan manusia tanpa memiliki sifat kemanusiaan, seperti bahasa,
pikiran, perasaan, dan etika.
2.
Sesungguhnya
pendidikan adalah kesadaran yang mencul pada diri anda, pendidikan menanamkan kebutuhan yang sama
untuk melihat ke arah tujuan cita-cita yang utama.
3.
Meskipun
pengetahuan telah sangat maju, tapi akan tetap ada peluang untuk terus
melangkah lebih maju.
4.
Pendidikan
dapat menjadikan manusia memenuhi syarat untuk hidup dalam masyarakat, dan
salah satu dari kita tidak merasa besarnya manfaat bagi dirinya karena
disebabkan munculnya pengaruh sosial yang berbeda, dan itu merupakan manfaat
yang sebenarnya.
Setelah kita mengetahui tentang ttujuan dan pentingnya sebuah
pendidikan, alangkah baiknya jika kita bersungguh-sungguh dalam menjalankan
pendidikan di sekolah. Sehingga ilmu yang kita dapatkan dapat berguna bagi kita
kelak,baik dilingkup keluarga maupun di dalam masyarakat sebagaimana yang telah
penulis jelaskan diatas.
Umar, Bukhari. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2011.
Kosim,
Mohammad. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: Pena Salsabila, 2013.
Minarti, Sri.
Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2013.
[1] Bukhari Umar, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 51.
[2] Sri Minarti, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 103.
[3] Mohammad
Kosim, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Pena Salsabila, 2011), hlm.
52.
[4]Bukhari Umar, Ilmu
Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 80.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar