FILSAFAT PENDIDIIKAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahQiroatul kutub
Yang diampu oleh Bapak Azhar Arullah Hafidz.Lc
Disusun Oleh :
DIAN SASMITA (2016070101----)
DESI PURNAMASARI (2016070101----)
ATIK AMALIA (2016070101----)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL..........................................................................................i
DAFTAR
ISI..........................................................................................................ii
BAB
I
PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan
masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB
II
PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian filsafat
pendidikan..........................................................................2
B. Tugas dan fungsi filsafat
pendidikan...............................................................9
C. Dasar dan tujuan filsafat
pendidikan...............................................................11
BAB
III PENUTUP...............................................................................................15
A. Kesimpulan.....................................................................................................15
B. Saran...............................................................................................................15
DAFTAR
RUJUKAN..........................................................................................16
BAB
I
PEDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagaimana
diketahui bahwa manusia adalah sebagai kholifah allah di bumi,
Sebagai kholifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk
melaksanakannya, dengan demekian pendidikan merupakan urursan hidup dan
kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Untuk
mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri,
apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidup
dan apa pula tujuan hidupnya.
Filsafat,
sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan
menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal ketuhanan,
alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana
sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat
selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di
hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di
sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang
mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi
kepentingan hidup dan hidupnya
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian filsafat pendidikan?
2.
Apa saja tugas dan fungsi filsafat pendidikan?
3.
Bagaimana dasar dan tujuan filsafat pendidikan ?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan
2.
Untuk mengetahui tugas dan fungsi filsafat pendidikan
3.
Untuk mengetahui dasar dan tujuan filsafat pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah keajaiban hidup yang nyaris tak
terbayangkan, bahkan oleh imajinasi dan nalar terliar, filsuf mana pun.
Filsafat hadir dan meruang dalam hidup manusia dengan cara-cara yang sepenuhnya
tak terbayangkan sehingga sejarah filsafat kerap menunjukkan betapa filsafat
nyaris tak berbeda dengan sihir, penuh kejutan dan Selalu memesona. Di era yang
jauh, di sebuah negeri bernama Yunani, keindahan sihir Hlsafat dikisahkan kerap
merebut pemuda-pemuda gagah untuk segera meninggalkan masa mudanya, lalu hidup
dan tinggal di dunia yang sepenuhnya sunyi dan bukan apa pun.
Sosok Thales dari Miletos, misalnya, adalah salah
satu diri yang tersentuh dan pernah disentuh oleh keajaiban filsafat.
Persentuhanpersentuhan Thales dengan filsafatberlangsung dengan cara-cara yang
begitu sederhana sehingga siapa pun yang melihatnya tidak akan menyadari bahwa
hal itu adalah sesuatu yang ajaib.
Akan tetapi, sejarah memiliki bukti yang begitu
kaya, yang menunjuk betapa sejak persentuhan Thales dengan filsafat, ia hidup
menjadi diri yang sepenuhnya berbeda dari setiap diri yang hidup di zamannya.
Ini menjadi bukti sekaligus sejarah, betapa di waktu yang sangat lama, filsafat
selalu tidak pernah kekurangan aspek-aspek eksotis yang menunjuk bahwa filsafat
selalu menjadi hal yang ajaib di antara semua hal yang pernah manusia temukan dalam hidupnya yang selalu
rentan.
Dari periode ke periode, filsafat mampu terus tumbuh
dan melewati batasan-batasan ruang dan waktu yang rumit dan sulit dijelaskan.
Filsafat seakan selalu eksis sehingga dalam situasinya yang terburuk dan
tergelap, ia selalu mampu hadir menjadi sesuatu yang berlimpah serta
mengagumkan siapa pun memahaminya.
Manusia modern hari mi mungkin bisa berbangga dengan
segala macam capaian dan temuan temuannya. Hanya saja jika mau jujur, apa yang
dicapai manusia modern hari ini sulit untuk dibayangkan keberadaannya, jika
ribuan tahun lalu, sesuatu yang bernama filsafat tidak pernah lahir'danmembuat
berbagai keajaiban. Oleh karena itu, secara artifisial, apa yang hari ini manusia
temukan pada dasarnya tidak lebih dari buah yang lahir dari rahim filsafat.
Kenyataan itu dibuktikan dengan genealogi historis
setiap ilmu yang seluruh nyaris lahir dari dan bermula dari filsafat. Luasnya
bidang garapan filsafat telah melahirkan berbagai macam disiplin-disiplin
baru yang mencengangkan. Dalam
persoalan alam semesta, misalnya, filsafat melahirkan sesuatu yang kita kenal
sebagai “kosmologi” atau filsafat yang membahas alam semesta; mulai dari asal-usul
kejadiannya, entitas-entitas yang melingkupinya, serta prinsip-prinsip utama
keteraturannya.
Kenyataan yang sama juga terjadi pada ilmu-ilmu
lainnya. Psikologi misalnya, jauh sebelum ia menjadi keilmuan yang mandiri,
merupakan bagian dari filsafat, lahir ketika filsafat masuk dan mempersoalkan
aspek-aspek kejiwaan manusia. Hal yang sama juga berlaku pada jenis-jenis
disiplin yang dipandang modern, seperti sosiologi, politik, sejarah,
antropologi, linguistik, atau kedokteran, ataupun pendidikan, yang kesemua itu
lahir dan bermula dari filsafat.
Begitulah dari waktu ke Waktu,
filsafat terus-menerus berkembang. sesuai dengan perkembangan-pakembangan dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia manusia, termasuk salah satunya
sesuatu yang begitu pragmatis bernama
pendidikan. Sesuatu yang jika dilacak pun sesungguhnya memiliki akar gen yang
sama dengan berbagai bidang lainnya, lahir dan bermula dari filsafat. Oleh
karena itu, relevan jika pendidikan tidak lain adalah spekulasi filsafat akan
hidup manusia. Tepatnya, saat filsafat menemukan satu pandangan bahwa hidup
manusia harus baik, bermakna, dan makin berkualitas.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa di
periode-periode awal, pendidikan tidak hidup secara terpisah dari filsafat.
Pendidikan justru menjadi bagian yang masuk dalam filsafat. Andaipun ia
masukdalam sebuah bidang yang dapat disadari secara terpisah, pendidikan adalah
bidang yang pada mulanya lahir dalam ruang etika atau filsafat nilai. Oleh
karena itu, apa yang hendak dicapai oleh pendidikan selalu menjadi hal yang tak
berbeda dengan apa yang hendak dicapai oleh etika, yaitu berupaya membangun
hidup manusia baik dalam makna abstrak, yaitu
dalam ruang kesadaran ataupun makna empiris atau dalam ruang-ruang yang
bersifat mekanis.
Dalam kepentingan itulah, pendidikan kemudian lahir sebagai
proses pengajaran atau transformasi nilai-nilai. keteladanan hidup di satu sisi
dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi yang lain. Makna
pendidikan dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain selain sebuah
upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang ada. Makna
fungsi ini memiliki kemiripan yang hampir sama dengan makna fungsi ilmu dan
pengetahuan bagi hidup manusia, yaitu bermaksud membangun agar hidup manusia
semakin baik dan ideal di satu sisi, dan mampu menjaga kualitas-kualitas hidup
yang telah dicapainya di sisi yang lain.
Dari itu, secara genealogi-historis, pendidikan pada
dasarnya bukan sesuatu hal yang baru sehingga ia dapat diklaim sebagai temuan
manusia modern, sebaliknya telah menjadi sesuatu yang tua dan klasik, setua
usia filsafat karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat. Kenyataan ini
menjadi argumen mengapa di era klasik para filsuf tidak pernah melahirkan istilah filsafat pendidikan, serta penjelas
betapa ketika istilah pendidikan disebutkan ia telah pula mengasosiasikan makna
filsafat secara otomatis.
Dalam pengertian ini, pengungkapan bahwa filsafat
pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu hasil ketika cara pandang filsafat
masuk dan mengambil objek pendidikan, menjadi pandangan yang keliru,
terutama jika ia dilihat secara
geneologis, terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan
adalah sesuatu hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di
luar filsafat. Oleh karena itu, jika filsafat pendidikan kita konsesi mesti
didefinisikan sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu
sisi. Sedangkan, di sisi yang lain, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah
sesuatu hal yang dipandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan hlsafat atau di
luar filsafat.
Hal itu menimbulkan perdebatan panjang yang begitu
polemik. Saat pendidikan dikatakan sepenuhnya lepas dari filsafat, seseorang
lebih jauhnya mungkin akan bertanya, di ruang mana sebenarnya pendidikan pernah
sungguh-sungguh terbuktikan lahir sebagai bidang yang sepenuhnya berada luar
ruang filsafat, sedangkan siapa pun mengetahui bahwa pendidikan tidak pernah
hadir selain dengan gagasan nilai serta pandangan-pandangan yang filsafat?
Dalam pengkritisan tersebut, istilah “filsafat
pendidikan” selalu menjadi hal yang hanya bisa diterima dalam pengandaian
metodis guna menunjuk upaya-upaya cara pandang filsafat untuk mengkaji ruang
pendidikan atau tepatnya ruang upaya manusia secara umum di dalam membangun
hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas.
Pengandaian
metodis ini terpahami terutama karena proses , pelaksanaan upaya manusia secara
umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan
berkualitas lebih sering berlangsung jauh dari nilai-nilai ideal yang
diharapkan. Dalam berbagai kasus, upaya tersebut justru bermakna sebaliknya,
yaitu semakin menjauhkan hidup manusia,
baik secara individu ataupun kolektif dari tata hidup dan kehidupan yang baik
dan berkualitas. . Dalam realitas lapangan, ironi-ironi kontraproduktif
tersebut terjadi dengan begitu sangat nyata sehingga ia bahkan tidak lagi
membutuhkan argumentasi apa pun untuk membuktikannya. Penyelenggaran pendidikan
menjadi penyebab utama dari lahirnya dehumanisasi. Secara ideal, pendidikan
ingin membuat manusia menjadi bermoral. Akan tetapi, dalam praktiknya,
pendidikan terisi dan berlangsung dengan cara-cara yang justru bertentangan
dengan nilai-nilai moral yang dicita-citakan.
Dalam konteks problem seperti inilah dunia modern
kemudian mengenal istilah “filsafat pendidikan”, yaitu filsafat yang secara
saksama bermaksud melihat tentang apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dalam
pengertian-pengertian lebih mendasar dan genuine sehingga proses
penyelenggaraan pendidikan yang ada di lapangan dapat kembali menemukan makna
urgensitasnya dalam hidup yang ada Hingga di sini, secara definitif, filsafat
pendidikan tidak lain adalah penerapan upaya metodis filsafat untuk
mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang melandasi upaya-upaya manusia di dalam
membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas.
Sedangkan, tujuan upaya-upaya filsafat dalam mempersoalkan adalah guna
mengarahkan penyelenggaraan pendidikan pada kondisi-kondisi etika yang
diidealkan. Dalam makna lain, filsafat pendidikan adalah falsilikasi
pendidikan, baik dalam makna teoretis konseptual maupun makna praktis-pragmatis
yang menggejala.[1]
Filsafat pendidikan bagi pendidik menentukan kerangka
membimbing untuk kegiatan yang akan melaksanakan, sehingga meningkatkan
struktur dalam ketersediaan, dan juga harus berlaku untuk efek air di kecapi
hijau. Pendekatan Tuhan memberikan bangsa visi yang jelas dari alam semesta dan
manusia dan dunia gaib, yang tidak begitu menyingkirkan bahwa kita memilih
untuk tidak berusaha,Tetapi mengurangi jumlah cara yang mungkin _itna dan mengalihkan perhatian kita dari
tujuan, dan seperti Mahdi dia adalah
seperti mencari jarum di sebuah ruangan, dan pameran dengan dia, itu seperti
mencari jarum di padang pasir.
Filsafat pendidikan dalam perspektif kami harus menjadi
bagian dari visi hidup secara keseluruhan dan biologi, yang pertama dan di
akhirat, dan mereka harus pada saat yang sama terbuka untuk akumulasi
pengalaman dalam kesadaran pendidikan global, yang adalah untuk meningkatkan
visi umum mereka. Kita bisa menyebut yang paling penting adalah apa yang kita
lihat diwujudkan.Untuk filsafat pendidikan melalui kosakata berikut:
sesungguhnya
melihat dalam ayat-ayat Al-Qur'an berdiri pada kenyataan utama adalah bahwa
seluruh alam semesta adalah makhluk Allah - Yang Maha Kuasa - dan menemukan
bahwa bagian manusia dari alam semesta ini, Yang Mahakuasa, Menemukan manusia di bumi ini untuk sarana uji coba ibadahnya, dan hubungan
antara manusia dan alam semesta adalah hubungan yang bermanfaat
Inilah cara-caranya
sebagai berikut:
1.
Mencapai perbudakan Allah - Yang Maha Kuasa - harus di ingat semua
Waktu, untuk semua pendidik, dan dalam semua pembibitan pengasuh; keluarga
Media sekolah. maka ada anak di kasih Allah dan Rasul-Nya, dan untuk mengingatkan dia dari kasih karunia Allah besertanya dan peduli padanya, dan menarik pandangan dari waktu ke waktu untuk penciptaan indah dari Allah dan simetri dan keindahan, sehingga tumbuh pada penghormatan yang sama untuk keluarganya dan membayar upeti dan sumber ini dari tema inti dari kurikulum. Apapun materi yang kami ajarkan.
Waktu, untuk semua pendidik, dan dalam semua pembibitan pengasuh; keluarga
Media sekolah. maka ada anak di kasih Allah dan Rasul-Nya, dan untuk mengingatkan dia dari kasih karunia Allah besertanya dan peduli padanya, dan menarik pandangan dari waktu ke waktu untuk penciptaan indah dari Allah dan simetri dan keindahan, sehingga tumbuh pada penghormatan yang sama untuk keluarganya dan membayar upeti dan sumber ini dari tema inti dari kurikulum. Apapun materi yang kami ajarkan.
. Selain itu, pembentukan budaya umum
berkisar di orbit aset budaya Islam di bidang etika, sosiologi, politik,
ekonomi dan semua sistem.
Telah menjadi lebih penting daripada sebelumnya untuk stres dalam segala hal yang
Mencapai Althoudrln atas hanya melalui pengajuan Allah Taaly¬ sendirian dan mematuhi perintahnya, dan takwa, integritas dan manfaat adalah penciptaan standar diferensiasi dalam komunitas Muslim.
Telah menjadi lebih penting daripada sebelumnya untuk stres dalam segala hal yang
Mencapai Althoudrln atas hanya melalui pengajuan Allah Taaly¬ sendirian dan mematuhi perintahnya, dan takwa, integritas dan manfaat adalah penciptaan standar diferensiasi dalam komunitas Muslim.
Kami adalah bagian dari alam semesta ini, memiliki anggun
Alehg - Yang Maha Kuasa - Membuat manusia mampu berinvestasi di sekelilingnya
dan digunakan, sehingga hubungan dengan,Apakah hubungan kerjasama dan simpati
untuk, ajaran Islam dan banyak memberitahu kita bahwa orang yang mencirikan
penciptaan kasih sayang, dan menikmati rasa halus dengan semua jenis Alehiath,
tetapi itu harus diperluas ke benda mati juga, sehingga untuk mempertahankan
eksistensinya, tidak ada Muslim harus menghancurkan sumber daya yang tersedia,
dan hanya digunakan hanya pada wajah menguntungkan dirinya.
Peradaban Barat tidak terbatas pada korupsi pemikiran dan
keyakinan manusia, tetapi menyebabkan polusi udara dan air, dan degradasi
lingkungan, dan memupuk budaya global, berdasarkan perusakan sumber daya, bukan
konservasi, melalui penyebaran budaya
Konsumsi argumen yang besar . Danmo adalah untuk mencari lebih banyak kebahagiaan bagi manusia, tetapi kenyataannya bahwa itu berbicara untuk melipatgandakan keuntungan dari perusahaan-perusahaan besar yang tidak setiap batas keserakahan.
Konsumsi argumen yang besar . Danmo adalah untuk mencari lebih banyak kebahagiaan bagi manusia, tetapi kenyataannya bahwa itu berbicara untuk melipatgandakan keuntungan dari perusahaan-perusahaan besar yang tidak setiap batas keserakahan.
2.
Keberadaan manusia dan keberadaan diperpanjang untuk kehendaki layak, dan
durasi kehidupan adalah bagian paling Shanna, dan kehidupan nyata adalah
kehidupan akhirat, ia mengatakan - Yang Maha Kuasa arab Kemenangan di
dunia ini terlepas dari ukuran mereka, Anda harus melihat itu sebagai kemajuan
dalam rangka kehidupan Shdodh, dan kekalahan harus melihat mereka juga, mereka
bersifat sementara, dan mungkin tidak dipotong dari konteks tahun. Pandangan
ini diperlukan untuk melindungi masyarakat kita dari kejahatan keegoisan, dan
inflasi di Bulimia
Akuisisi lebih pusaka, apa pun jalan yang menghubungkan untuk itu.
Akuisisi lebih pusaka, apa pun jalan yang menghubungkan untuk itu.
Ini adalah wajah lain jika kita berjanji akhirat adalah
Alobaky paling penting dan menyenangkan dalam kekal kita, kita harus tahu
bagaimana muncul energi Asgrun dan potensi mereka untuk memenangkan kebahagiaan
kekal. Hal ini disesalkan bahwa fakta ini akhirnya menjadi atrofi sebagian
besar dalam pendidikan orang-orang yang paling indah, di mana hampir tidak
mendengar di Dewan swasta dan publik dan di media hanya berbicara tentang
keberhasilan dan kerugian duniawi, ini sebenarnya berupa bentuk-bentuk terburuk
dari pembangunan yang telah kita lihat selama dua puluh tahun terakhir.
Filsafat pendidikan pada pelaksanaan fungsi moneter jelas
, jadi jangan menjauh terlalu banyak tentang asal usul kita dan tujuan kita.
Allah - Yang Maha Kuasa - Kirim Muhammad rahmat bagi semesta alam, dan kita harus
Yang kita cari untuk mencapai pengertian ini, tidak ada hubungan dengan Muslim non-Muslim hanya diberikan kepada segala sesuatu dari rahmat Islam dan kebaikan dan hadiah, dan tidak akan hanya jika pendidikan kemanusiaan pendidikan kita ini.
Komunikasi dan transportasi revolusi telah membawa dunia apa yang tampak seperti mixer besar, komunikasi ini bisa menjadi penyebab peristiwa budaya gunung berapi, mengguncang seluruh dunia jika setiap negara mengadopsi sempit pembibitan cakrawala daerah perasaan egois. Hal ini dapat berkomunikasi ini menjadi alat untuk transfer keahlian sebagai. Dan fine-tuning
Berbagai entitas sosial, jika penerapan nilai-nilai universal, standar kemanusiaan dan luas, beberapa orang melihat ke beberapa di antaranya.
Kali ini adalah waktu (warga dunia) yang berkeliaran guru bumi dan pelajar, dan mengambil dan memberi, dan berpengaruh dan dipengaruhi ... Sangat penting bahwa pendidikan harus berusaha untuk membentuk lidah ini dalam pemikiran dan budaya dan semangat dan menciptakan ... dan bahwa Islam tidak diatur oleh bagian besar dari nee masa lalu terbaik hanya termasuk yang dimiliki oleh visi global dan bangunan luhur, yang terlihat dalam literatur pendidikan di abad Islam pertama menemukan itu ditujukan pada fakta untuk pembentukan sosok global dalam pemikiran, visi dan misi,Ini adalah apa yang kita butuhkan hari ini mendesak
Allah - Yang Maha Kuasa - Kirim Muhammad rahmat bagi semesta alam, dan kita harus
Yang kita cari untuk mencapai pengertian ini, tidak ada hubungan dengan Muslim non-Muslim hanya diberikan kepada segala sesuatu dari rahmat Islam dan kebaikan dan hadiah, dan tidak akan hanya jika pendidikan kemanusiaan pendidikan kita ini.
Komunikasi dan transportasi revolusi telah membawa dunia apa yang tampak seperti mixer besar, komunikasi ini bisa menjadi penyebab peristiwa budaya gunung berapi, mengguncang seluruh dunia jika setiap negara mengadopsi sempit pembibitan cakrawala daerah perasaan egois. Hal ini dapat berkomunikasi ini menjadi alat untuk transfer keahlian sebagai. Dan fine-tuning
Berbagai entitas sosial, jika penerapan nilai-nilai universal, standar kemanusiaan dan luas, beberapa orang melihat ke beberapa di antaranya.
Kali ini adalah waktu (warga dunia) yang berkeliaran guru bumi dan pelajar, dan mengambil dan memberi, dan berpengaruh dan dipengaruhi ... Sangat penting bahwa pendidikan harus berusaha untuk membentuk lidah ini dalam pemikiran dan budaya dan semangat dan menciptakan ... dan bahwa Islam tidak diatur oleh bagian besar dari nee masa lalu terbaik hanya termasuk yang dimiliki oleh visi global dan bangunan luhur, yang terlihat dalam literatur pendidikan di abad Islam pertama menemukan itu ditujukan pada fakta untuk pembentukan sosok global dalam pemikiran, visi dan misi,Ini adalah apa yang kita butuhkan hari ini mendesak
Pendidikan kemanusiaan di luar batas tugas dan hak. Untuk
mengatasi dengan prospek memperhitungkan perasaan dan keadaan dan kekhawatiran.
Ini adalah semacam kebesaran hati dan kejantanan dan Altzmm, atau - yang ia
sebut Quran - tingkat yang lebih suka
Filsafat pendidikan didasarkan pada membesarkan (orang baik) yang memiliki satu perilaku, diperlakukan salah, satu kriteria? , Equity, kejujuran, keadilan, dan kinerja yang baik.[2]
Filsafat pendidikan didasarkan pada membesarkan (orang baik) yang memiliki satu perilaku, diperlakukan salah, satu kriteria? , Equity, kejujuran, keadilan, dan kinerja yang baik.[2]
B.
Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada
hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara
kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang
perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi
pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan
berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.
Secara
umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing
dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke
tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya
adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan
dengan lancar.
Telaah
liter di atas, dapat difahami bahwa, tugas
pendidikan Islam -setidaknya-dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga
pendekatan tersebut adalah; pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi,
proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai
pengembangan potensi, tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan mengembangkan
kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan
dalam kehidupannya sehari-hari.
Sementara
sebagai pewarisan budaya, tugas pendidikan Islam adalah alat transmisi
unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga
identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. Adapun
sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah
sebagai proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan
lingkungannya. Dengan proses ini, peserta didik (manusia) akan dapat
menciptakan dan mengembangkan keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk
mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.
Untuk
menjamin terlaksananya tugas pendidikan Islam secara baik, hendaknya terlebih
dahulu dipersiapkan situasikondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis,
dan kondusif yang memungkinkan bagi
pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam dituntut untuk
dapat menjalankan fungsinya, baik secara struktural maupun institusional.
Secara
struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur
jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertikal maupun horizontal.
Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan
yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan
zaman yang terus berkembang. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur dan
jenis pendidikan, mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah.
Bila
dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk
yaitu:
1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta
ide-ide masyarakat dan nasional.
2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi,
dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu
pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga»tenaga manusian
(peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan
ekonomi yang demikian dinamis.
C.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.
Sebagai
aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka
pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja.
Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang
telah diprogramkan. Dalam konteks ini,
dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai
kebenaran dan kekuatan yang dapat menghantarkan
peserta didikAke arah pencapaian pendidikan Oleh karena itu, dasar yang
terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Quran dan Sunnah Rasulullah (hadis).
Menetapkan
al-Quran dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai
kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata namun justeru karana kebenaran
yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan
dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman,
al-Quran tidak ada keraguan padanya (QS. Al Baqarah/2:2). Ia tetap terpelihara
kesucian dan kebenarannya (QS. Ar Ra'd/ 15:9), baik dalam pembinaan aspek
kehidupan Spritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula
dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum,
hadis difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW baik
berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Keperibadian Rasul sebagai uswat
al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (QS. Al Ahzab/ 33:21). Oleh
karena itu, prilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT (QS.
An Najmi/53:34).
Dalam
pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu : (I) menjelaskan
sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Quran dan menjelaskan hal-hal
yang tidak terdapat di dalamnya. (2) menyimpulkain metode pendidikan dari
kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan
pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.
Secara
lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Saiid Ismail Ali - sebagaimana
dikutip Langgulung terdiri atas 6 macam, yaitu ; .al-Quran, Sunnah, qaul
al-shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual
muslim Seluruh rangkaian dasar tersebut
secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.
Dalam
merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu ;
1.
Tujuan dan tugas manusia di muka bilmi, baik secara vertikal maupun horizontal.
2.
Sifat-sifat dasar manusia.
3. Tuntutan masyarakat dan
dinamika peradaban kemanusiaan.
4. Dimensi-dimensi
kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam dimensi ideal
Islam, yaitu ;
- mengandung
nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi.
- mengandung
nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang
baik.
- mengandung
nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi
al-dunya hasah wa fi al-akhirat al-hasanah)
Berdasarkan
batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan
pendidikan Islam. Di antaranya al-Syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi
pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara
tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta
didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan
terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai kahlifah
fi al-ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan
Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan
“kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya
di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.
Menurut
Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi ;
- menjelaskan
posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan
tanggungjawabnya dalam kehidupan ini.
- menjelaskan
hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat.
- menjelaskan
hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah
PenCiptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
- menjelaskan
hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.
Konsepsi di atas secara global mengisyaratkan
bahwa ada dua kematian yang perlu direalisasikan dalam praktek pendidikan
Islam, yaitu dimensi dialektika horizontal dan dimensi ketundukan vertikal.
Pada dimensi dialektika horizontal, pendidikan Islam hendaknya mampu
mengembangkan realitas kehidupan, baik yang menyangkut dengan dirinya, masyarakat,
maupun alam semesta beserta segala isinya. Sementara dalam dimensi ketundukan
vertikal mengisyaratkan bahwa, pendidikan Islam selain sebagai alat untuk
memelihara, memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya
menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam upayanya
mencapai hubungan yang abadi dengan Khaliqnya.
Secara
praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan
Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2).
mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan
memelihara segi kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan
peserta didik (5) mempersiapkan tenaga profesional yang trampil.
Kongres
se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad, menyatakan
bahwa:
Tujuan
pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian
manusia (peserta didik pen. ) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan
melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional
perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan
seluruh aspek fitrah peserta didik, arpek spiritual, intelektual,
imajinasi, fisik, ilmiah, dan bahasa,
baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim
terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara
pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.”
Berdasarkan
rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses
membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada
terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan al-kamil).
Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu
memadukan fungsi iman, ilmu, dan amal (QS. Al Mujaadilah/ 58: 11) secara
integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.[3]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat adalah
keajaiban hidup yang nyaris tak terbayangkan, bahkan oleh imajinasi dan nalar
terliar, filsuf mana pun. Filsafat hadir dan meruang dalam hidup manusia dengan
cara-cara yang sepenuhnya tak terbayangkan sehingga sejarah filsafat kerap
menunjukkan betapa filsafat nyaris tak berbeda dengan sihir, penuh kejutan dan
Selalu memesona. Di era yang jauh, di sebuah negeri bernama Yunani, keindahan
sihir Hlsafat dikisahkan kerap merebut pemuda-pemuda gagah untuk segera
meninggalkan masa mudanya, lalu hidup dan tinggal di dunia yang sepenuhnya
sunyi dan bukan apa pun.
Tugas
dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya,
pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan
berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban
oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhya dan berlangsung
sepanjang hayat.
Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.
Sebagai aktivitas yang
bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam
memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan
memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah diprogramkan.
B.
Saran.
Demi terlaksananya
dan terwujudnya pemahaman dan mengerti secara mendalam tentang materi ini,
penyusun berharap tidak hanya berhenti pada literatur ini. Melainkan dianjurkan
mencari referensi lain karena makalh ini jauh dari sempurna.
DAFTAR RUJUKAN
Abdul Karim Bakkar, haulah tarbiyah wa’taklim, (Damsyik:Darul kalam 2011
Gandhi, Teguh
Wangsa. Filsafat Pendidikan Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta:Ar-ruzz
Media, 2016
Nizar, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Dan Praktis.
Jakarta Selatan: Ciputat pers, 2002
[1]Teguh
Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan (Jogjakarta:Ar-ruzz
Media, 2016), hlm. 79-84
[2]Abdul Karim Bakkar, haulah tarbiyah wa’taklim,
(Damsyik:Darul kalam 2011 hlm 32-34
[3]Nizar
Dkk , Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Dan Praktis (Jakarta
Selatan: Ciputat pers, 2002), hlm. 32-38
Tidak ada komentar:
Posting Komentar