Rabu, 25 Desember 2019

FILSAFAT PENDIDIIKAN - Pengertian, Tugas dan Fungsi, Serta Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan


FILSAFAT PENDIDIIKAN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliahQiroatul kutub
Yang diampu oleh Bapak Azhar Arullah Hafidz.Lc




Disusun Oleh :

DIAN SASMITA                              (2016070101----)
DESI PURNAMASARI                   (2016070101----)
ATIK AMALIA                                (2016070101----)     





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
 2017




DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A.    Latar belakang..............................................................................................1
B.     Rumusan masalah.........................................................................................1
C.     Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A.    Pengertian filsafat pendidikan..........................................................................2
B.     Tugas dan fungsi filsafat pendidikan...............................................................9
C.     Dasar dan tujuan filsafat pendidikan...............................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................15
A.    Kesimpulan.....................................................................................................15
B.     Saran...............................................................................................................15
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................16






BAB I
PEDAHULUAN

A.      Latar Belakang
         Sebagaimana diketahui bahwa manusia  adalah sebagai kholifah allah di bumi, Sebagai kholifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang  untuk melaksanakannya, dengan demekian pendidikan merupakan urursan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
            Untuk mendidik dirinya sendiri, pertama-tama manusia harus memahami dirinya sendiri, apa hakikat manusia, bagaimana hakikat hidup dan kehidupannya, apa tujuan hidup dan apa pula tujuan hidupnya.
            Filsafat, sebagai daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara radikal dan integral serta sisitematis mengenal ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan  pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya yang dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu, hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), dalam perjalanan hidupnya manusia di hadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiyah yang ada di sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah hidupnya yang mengesankan dan kemudian mendorong untuk melakukan perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan hidupnya

B.       Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian filsafat pendidikan?
2.        Apa saja tugas dan fungsi filsafat pendidikan?
3.        Bagaimana dasar dan tujuan filsafat pendidikan ?

C.       TUJUAN
1.        Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan
2.        Untuk mengetahui tugas dan fungsi filsafat pendidikan
3.        Untuk mengetahui dasar dan tujuan filsafat pendidikan



    BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat adalah keajaiban hidup yang nyaris tak terbayangkan, bahkan oleh imajinasi dan nalar terliar, filsuf mana pun. Filsafat hadir dan meruang dalam hidup manusia dengan cara-cara yang sepenuhnya tak terbayangkan sehingga sejarah filsafat kerap menunjukkan betapa filsafat nyaris tak berbeda dengan sihir, penuh kejutan dan Selalu memesona. Di era yang jauh, di sebuah negeri bernama Yunani, keindahan sihir Hlsafat dikisahkan kerap merebut pemuda-pemuda gagah untuk segera meninggalkan masa mudanya, lalu hidup dan tinggal di dunia yang sepenuhnya sunyi dan bukan apa pun.
Sosok Thales dari Miletos, misalnya, adalah salah satu diri yang tersentuh dan pernah disentuh oleh keajaiban filsafat. Persentuhanpersentuhan Thales dengan filsafatberlangsung dengan cara-cara yang begitu sederhana sehingga siapa pun yang melihatnya tidak akan menyadari bahwa hal itu adalah sesuatu yang ajaib.
Akan tetapi, sejarah memiliki bukti yang begitu kaya, yang menunjuk betapa sejak persentuhan Thales dengan filsafat, ia hidup menjadi diri yang sepenuhnya berbeda dari setiap diri yang hidup di zamannya. Ini menjadi bukti sekaligus sejarah, betapa di waktu yang sangat lama, filsafat selalu tidak pernah kekurangan aspek-aspek eksotis yang menunjuk bahwa filsafat selalu menjadi hal yang ajaib di antara semua hal yang pernah   manusia temukan dalam hidupnya yang selalu rentan.
Dari periode ke periode, filsafat mampu terus tumbuh dan melewati batasan-batasan ruang dan waktu yang rumit dan sulit dijelaskan. Filsafat seakan selalu eksis sehingga dalam situasinya yang terburuk dan tergelap, ia selalu mampu hadir menjadi sesuatu yang berlimpah serta mengagumkan siapa pun memahaminya.
Manusia modern hari mi mungkin bisa berbangga dengan segala macam capaian dan temuan temuannya. Hanya saja jika mau jujur, apa yang dicapai manusia modern hari ini sulit untuk dibayangkan keberadaannya, jika ribuan tahun lalu, sesuatu yang bernama filsafat tidak pernah lahir'danmembuat berbagai keajaiban. Oleh karena itu, secara artifisial, apa yang hari ini manusia temukan pada dasarnya tidak lebih dari buah yang lahir dari rahim filsafat.
Kenyataan itu dibuktikan dengan genealogi historis setiap ilmu yang seluruh nyaris lahir dari dan bermula dari filsafat. Luasnya bidang garapan filsafat telah melahirkan berbagai macam disiplin-disiplin baru   yang mencengangkan. Dalam persoalan alam semesta, misalnya, filsafat melahirkan sesuatu yang kita kenal sebagai “kosmologi” atau filsafat yang membahas alam semesta; mulai dari asal-usul kejadiannya, entitas-entitas yang melingkupinya, serta prinsip-prinsip utama keteraturannya.
Kenyataan yang sama juga terjadi pada ilmu-ilmu lainnya. Psikologi misalnya, jauh sebelum ia menjadi keilmuan yang mandiri, merupakan bagian dari filsafat, lahir ketika filsafat masuk dan mempersoalkan aspek-aspek kejiwaan manusia. Hal yang sama juga berlaku pada jenis-jenis disiplin yang dipandang modern, seperti sosiologi, politik, sejarah, antropologi, linguistik, atau kedokteran, ataupun pendidikan, yang kesemua itu lahir dan bermula dari filsafat.
            Begitulah dari waktu ke Waktu, filsafat terus-menerus berkembang. sesuai dengan perkembangan-pakembangan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada dunia manusia, termasuk salah satunya sesuatu yang  begitu pragmatis bernama pendidikan. Sesuatu yang jika dilacak pun sesungguhnya memiliki akar gen yang sama dengan berbagai bidang lainnya, lahir dan bermula dari filsafat. Oleh karena itu, relevan jika pendidikan tidak lain adalah spekulasi filsafat akan hidup manusia. Tepatnya, saat filsafat menemukan satu pandangan bahwa hidup manusia harus baik, bermakna, dan makin berkualitas.
Namun demikian, perlu diketahui bahwa di periode-periode awal, pendidikan tidak hidup secara terpisah dari filsafat. Pendidikan justru menjadi bagian yang masuk dalam filsafat. Andaipun ia masukdalam sebuah bidang yang dapat disadari secara terpisah, pendidikan adalah bidang yang pada mulanya lahir dalam ruang etika atau filsafat nilai. Oleh karena itu, apa yang hendak dicapai oleh pendidikan selalu menjadi hal yang tak berbeda dengan apa yang hendak dicapai oleh etika, yaitu berupaya membangun hidup manusia baik dalam makna abstrak, yaitu  dalam ruang kesadaran ataupun makna empiris atau dalam ruang-ruang yang bersifat mekanis.
Dalam kepentingan itulah, pendidikan kemudian lahir sebagai proses pengajaran atau transformasi nilai-nilai. keteladanan hidup di satu sisi dan peningkatan nilai-nilai keteladanan hidup di sisi yang lain. Makna pendidikan dalam filsafat tidak pernah menjadi sesuatu yang lain selain sebuah upaya untuk membangun tata hidup dan berkehidupan manusia yang ada. Makna fungsi ini memiliki kemiripan yang hampir sama dengan makna fungsi ilmu dan pengetahuan bagi hidup manusia, yaitu bermaksud membangun agar hidup manusia semakin baik dan ideal di satu sisi, dan mampu menjaga kualitas-kualitas hidup yang telah dicapainya di sisi yang lain.
Dari itu, secara genealogi-historis, pendidikan pada dasarnya bukan sesuatu hal yang baru sehingga ia dapat diklaim sebagai temuan manusia modern, sebaliknya telah menjadi sesuatu yang tua dan klasik, setua usia filsafat karena pendidikan merupakan bagian dari filsafat. Kenyataan ini menjadi argumen mengapa di era klasik para filsuf tidak pernah melahirkan  istilah filsafat pendidikan, serta penjelas betapa ketika istilah pendidikan disebutkan ia telah pula mengasosiasikan makna filsafat secara otomatis.
Dalam pengertian ini, pengungkapan bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat terapan, yaitu hasil ketika cara pandang filsafat masuk dan mengambil objek pendidikan, menjadi pandangan yang keliru, terutama   jika ia dilihat secara geneologis, terutama karena hal itu melahirkan kesan makna bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang sepenuhnya terpisah dari filsafat atau ia berada di luar filsafat. Oleh karena itu, jika filsafat pendidikan kita konsesi mesti didefinisikan sebagai filsafat terapan, dasar pijakan bersifat metodis di satu sisi. Sedangkan, di sisi yang lain, ia menegaskan bahwa pendidikan adalah sesuatu hal yang dipandang sebagai bidang yang sepenuhnya bukan hlsafat atau di luar filsafat.
Hal itu menimbulkan perdebatan panjang yang begitu polemik. Saat pendidikan dikatakan sepenuhnya lepas dari filsafat, seseorang lebih jauhnya mungkin akan bertanya, di ruang mana sebenarnya pendidikan pernah sungguh-sungguh terbuktikan lahir sebagai bidang yang sepenuhnya berada luar ruang filsafat, sedangkan siapa pun mengetahui bahwa pendidikan tidak pernah hadir selain dengan gagasan nilai serta pandangan-pandangan yang filsafat?
Dalam pengkritisan tersebut, istilah “filsafat pendidikan” selalu menjadi hal yang hanya bisa diterima dalam pengandaian metodis guna menunjuk upaya-upaya cara pandang filsafat untuk mengkaji ruang pendidikan atau tepatnya ruang upaya manusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas.
 Pengandaian metodis ini terpahami terutama karena proses , pelaksanaan upaya manusia secara umum di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas lebih sering berlangsung jauh dari nilai-nilai ideal yang diharapkan. Dalam berbagai kasus, upaya tersebut justru bermakna sebaliknya, yaitu semakin  menjauhkan hidup manusia, baik secara individu ataupun kolektif dari tata hidup dan kehidupan yang baik dan berkualitas. . Dalam realitas lapangan, ironi-ironi kontraproduktif tersebut terjadi dengan begitu sangat nyata sehingga ia bahkan tidak lagi membutuhkan argumentasi apa pun untuk membuktikannya. Penyelenggaran pendidikan menjadi penyebab utama dari lahirnya dehumanisasi. Secara ideal, pendidikan ingin membuat manusia menjadi bermoral. Akan tetapi, dalam praktiknya, pendidikan terisi dan berlangsung dengan cara-cara yang justru bertentangan dengan nilai-nilai moral yang dicita-citakan.
Dalam konteks problem seperti inilah dunia modern kemudian mengenal istilah “filsafat pendidikan”, yaitu filsafat yang secara saksama bermaksud melihat tentang apa, mengapa, dan bagaimana pendidikan dalam pengertian-pengertian lebih mendasar dan genuine sehingga proses penyelenggaraan pendidikan yang ada di lapangan dapat kembali menemukan makna urgensitasnya dalam hidup yang ada Hingga di sini, secara definitif, filsafat pendidikan tidak lain adalah penerapan upaya metodis filsafat untuk mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang melandasi upaya-upaya manusia di dalam membangun hidup dan kehidupannya untuk menjadi semakin baik dan berkualitas. Sedangkan, tujuan upaya-upaya filsafat dalam mempersoalkan adalah guna mengarahkan penyelenggaraan pendidikan pada kondisi-kondisi etika yang diidealkan. Dalam makna lain, filsafat pendidikan adalah falsilikasi pendidikan, baik dalam makna teoretis konseptual maupun makna praktis-pragmatis yang menggejala.[1]
Filsafat pendidikan bagi pendidik menentukan kerangka membimbing untuk kegiatan yang akan melaksanakan, sehingga meningkatkan struktur dalam ketersediaan, dan juga harus berlaku untuk efek air di kecapi hijau. Pendekatan Tuhan memberikan bangsa visi yang jelas dari alam semesta dan manusia dan dunia gaib, yang tidak begitu menyingkirkan bahwa kita memilih untuk tidak berusaha,Tetapi mengurangi jumlah cara yang mungkin  _itna dan mengalihkan perhatian kita dari tujuan, dan seperti  Mahdi dia adalah seperti mencari jarum di sebuah ruangan, dan pameran dengan dia, itu seperti mencari jarum di padang pasir.
Filsafat pendidikan dalam perspektif kami harus menjadi bagian dari visi hidup secara keseluruhan dan biologi, yang pertama dan di akhirat, dan mereka harus pada saat yang sama terbuka untuk akumulasi pengalaman dalam kesadaran pendidikan global, yang adalah untuk meningkatkan visi umum mereka. Kita bisa menyebut yang paling penting adalah apa yang kita lihat diwujudkan.Untuk filsafat pendidikan melalui kosakata berikut:
sesungguhnya melihat dalam ayat-ayat Al-Qur'an berdiri pada kenyataan utama adalah bahwa seluruh alam semesta adalah makhluk Allah - Yang Maha Kuasa - dan menemukan bahwa bagian manusia dari alam semesta ini, Yang Mahakuasa, Menemukan manusia di bumi ini untuk sarana uji coba ibadahnya, dan hubungan antara manusia dan alam semesta adalah hubungan yang bermanfaat
Inilah cara-caranya sebagai berikut:
1.                  Mencapai perbudakan Allah - Yang Maha Kuasa - harus di ingat semua
Waktu, untuk semua pendidik, dan dalam semua pembibitan pengasuh; keluarga
Media sekolah. maka ada anak di kasih Allah dan Rasul-Nya, dan untuk mengingatkan dia dari kasih karunia Allah besertanya dan peduli padanya, dan menarik pandangan dari waktu ke waktu untuk penciptaan indah dari Allah dan simetri dan keindahan, sehingga tumbuh pada penghormatan yang sama untuk keluarganya dan membayar upeti  dan sumber  ini dari tema inti dari kurikulum. Apapun materi yang kami
ajarkan.
.           Selain itu, pembentukan budaya umum berkisar di orbit aset budaya Islam di bidang etika, sosiologi, politik, ekonomi dan semua sistem.
Telah menjadi lebih penting daripada sebelumnya untuk stres dalam segala hal yang
Mencapai Althoudrln atas hanya melalui pengajuan Allah Taaly¬ sendirian dan mematuhi perintahnya, dan takwa, integritas dan manfaat adalah penciptaan standar diferensiasi dalam komunitas Muslim.
Kami adalah bagian dari alam semesta ini, memiliki anggun Alehg - Yang Maha Kuasa - Membuat manusia mampu berinvestasi di sekelilingnya dan digunakan, sehingga hubungan dengan,Apakah hubungan kerjasama dan simpati untuk, ajaran Islam dan banyak memberitahu kita bahwa orang yang mencirikan penciptaan kasih sayang, dan menikmati rasa halus dengan semua jenis Alehiath, tetapi itu harus diperluas ke benda mati juga, sehingga untuk mempertahankan eksistensinya, tidak ada Muslim harus menghancurkan sumber daya yang tersedia, dan hanya digunakan hanya pada wajah menguntungkan dirinya.       
Peradaban Barat tidak terbatas pada korupsi pemikiran dan keyakinan manusia, tetapi menyebabkan polusi udara dan air, dan degradasi lingkungan, dan memupuk budaya global, berdasarkan perusakan sumber daya, bukan konservasi, melalui penyebaran budaya
Konsumsi argumen yang besar
. Danmo adalah untuk mencari lebih banyak kebahagiaan bagi manusia, tetapi kenyataannya bahwa itu berbicara untuk melipatgandakan keuntungan dari perusahaan-perusahaan besar yang tidak setiap batas  keserakahan.
2.         Keberadaan manusia dan keberadaan diperpanjang untuk kehendaki layak, dan durasi kehidupan adalah bagian paling Shanna, dan kehidupan nyata adalah kehidupan akhirat, ia mengatakan - Yang Maha Kuasa arab Kemenangan di dunia ini terlepas dari ukuran mereka, Anda harus melihat itu sebagai kemajuan dalam rangka kehidupan Shdodh, dan kekalahan harus melihat mereka juga, mereka bersifat sementara, dan mungkin tidak dipotong dari konteks tahun. Pandangan ini diperlukan untuk melindungi masyarakat kita dari kejahatan keegoisan, dan inflasi di Bulimia
Akuisisi lebih pusaka, apa pun jalan yang menghubungkan untuk itu
.
Ini adalah wajah lain jika kita berjanji akhirat adalah Alobaky paling penting dan menyenangkan dalam kekal kita, kita harus tahu bagaimana muncul energi Asgrun dan potensi mereka untuk memenangkan kebahagiaan kekal. Hal ini disesalkan bahwa fakta ini akhirnya menjadi atrofi sebagian besar dalam pendidikan orang-orang yang paling indah, di mana hampir tidak mendengar di Dewan swasta dan publik dan di media hanya berbicara tentang keberhasilan dan kerugian duniawi, ini sebenarnya berupa bentuk-bentuk terburuk dari pembangunan yang telah kita lihat selama dua puluh tahun terakhir.
Filsafat pendidikan pada pelaksanaan fungsi moneter jelas , jadi jangan menjauh terlalu banyak tentang asal usul kita dan tujuan kita.
Allah - Yang Maha Kuasa - Kirim Muhammad rahmat bagi semesta alam, dan kita harus
Yang kita cari untuk mencapai pengertian ini, tidak ada hubungan dengan Muslim non-Muslim hanya diberikan kepada segala sesuatu dari rahmat Islam dan kebaikan dan hadiah, dan tidak akan hanya jika pendidikan kemanusiaan pendidikan kita ini.
Komunikasi dan transportasi revolusi telah membawa dunia apa yang tampak seperti mixer besar, komunikasi ini bisa menjadi penyebab peristiwa budaya gunung berapi, mengguncang seluruh dunia jika setiap negara mengadopsi sempit pembibitan cakrawala daerah perasaan egois. Hal ini dapat berkomunikasi ini menjadi alat untuk transfer keahlian sebagai. Dan fine-tuning
Berbagai entitas sosial, jika penerapan nilai-nilai universal, standar kemanusiaan dan luas, beberapa orang melihat ke beberapa di antaranya.
Kali ini adalah waktu (warga dunia) yang berkeliaran guru bumi dan pelajar, dan mengambil dan memberi, dan berpengaruh dan dipengaruhi ... Sangat penting bahwa pendidikan harus berusaha untuk membentuk lidah ini dalam pemikiran dan budaya dan semangat dan menciptakan ... dan bahwa Islam tidak diatur oleh bagian besar dari nee masa lalu terbaik hanya termasuk yang dimiliki oleh visi global dan bangunan luhur, yang terlihat dalam literatur pendidikan di abad Islam pertama menemukan itu ditujukan pada fakta untuk pembentukan sosok global dalam pemikiran, visi dan misi,Ini adalah apa yang kita butuhkan hari ini mendesak
Pendidikan kemanusiaan di luar batas tugas dan hak. Untuk mengatasi dengan prospek memperhitungkan perasaan dan keadaan dan kekhawatiran. Ini adalah semacam kebesaran hati dan kejantanan dan Altzmm, atau - yang ia sebut Quran - tingkat yang lebih suka
Filsafat pendidikan didasarkan pada membesarkan (orang baik) yang memiliki satu perilaku, diperlakukan salah, satu kriteria? , Equity, kejujuran, keadilan, dan kinerja yang baik.[2]

B. Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing  dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.
Telaah liter di atas, dapat difahami bahwa, tugas  pendidikan Islam -setidaknya-dapat dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; pendidikan Islam sebagai pengembangan potensi, proses pewarisan budaya, serta interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai pengembangan potensi, tugas pendidikan Islam adalah menemukan dan mengembangkan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik, sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
Sementara sebagai pewarisan budaya, tugas pendidikan Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara dan terjamin dalam tantangan zaman. Adapun sebagai interaksi antara potensi dan budaya, tugas pendidikan Islam adalah sebagai proses transaksi (memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya. Dengan proses ini, peserta didik (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan keterampilanketerampilan yang diperlukan untuk mengubah atau memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.
Untuk menjamin terlaksananya tugas pendidikan Islam secara baik, hendaknya terlebih dahulu dipersiapkan situasikondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis, dan kondusif  yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti bahwa pendidikan Islam dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya, baik secara struktural maupun institusional.
Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertikal maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan, mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk yaitu:
 1. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional.
 2. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga»tenaga manusian (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.

C. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah  diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran  dan kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didikAke arah pencapaian pendidikan Oleh karena itu, dasar yang terpenting dari pendidikan Islam adalah al-Quran dan Sunnah Rasulullah (hadis).
Menetapkan al-Quran dan hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata namun justeru karana kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, al-Quran tidak ada keraguan padanya (QS. Al Baqarah/2:2). Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya (QS. Ar Ra'd/ 15:9), baik dalam pembinaan aspek kehidupan Spritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan. Demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Keperibadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik (QS. Al Ahzab/ 33:21). Oleh karena itu, prilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT (QS. An Najmi/53:34).
Dalam pendidikan Islam, sunnah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu : (I) menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di dalamnya. (2) menyimpulkain metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.
Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut Saiid Ismail Ali - sebagaimana dikutip Langgulung terdiri atas 6 macam, yaitu ; .al-Quran, Sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf,  dan pemikiran hasil ijtihad intelektual muslim  Seluruh rangkaian dasar tersebut secara hierarki menjadi acuan pelaksanaan sistem pendidikan Islam.
Dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam, paling tidak ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu ;
1. Tujuan dan tugas manusia di muka bilmi, baik secara vertikal maupun horizontal.
2. Sifat-sifat dasar manusia.
3. Tuntutan masyarakat dan dinamika peradaban kemanusiaan.
4. Dimensi-dimensi kehidupan ideal Islam. Dalam aspek ini, setidaknya ada 3 macam dimensi ideal Islam, yaitu ;
  1. mengandung nilai yang berupaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia di muka bumi.
  2. mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan yang baik.
  3. mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan kehidupan dunia dan akhirat (fi al-dunya hasah wa fi al-akhirat al-hasanah)
Berdasarkan batasan di atas, para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan pendidikan Islam. Di antaranya al-Syaibani, mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, pisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai kahlifah fi al-ardh. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.
Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi ;
  1. menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainnya dan tanggungjawabnya dalam kehidupan ini.
  2. menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggungjawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat.
  3. menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah PenCiptaan dengan cara memakmurkan alam semesta.
  4. menjelaskan hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.
 Konsepsi di atas secara global mengisyaratkan bahwa ada dua kematian yang perlu direalisasikan dalam praktek pendidikan Islam, yaitu dimensi dialektika horizontal dan dimensi ketundukan vertikal. Pada dimensi dialektika horizontal, pendidikan Islam hendaknya mampu mengembangkan realitas kehidupan, baik yang menyangkut dengan dirinya, masyarakat, maupun alam semesta beserta segala isinya. Sementara dalam dimensi ketundukan vertikal mengisyaratkan bahwa, pendidikan Islam selain sebagai alat untuk memelihara, memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alami, juga hendaknya menjadi jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam upayanya mencapai hubungan yang abadi dengan Khaliqnya.
Secara praktis, Muhammad Athiyah al-Abrasyi, menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1) membentuk akhlak mulia (2). mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik (5) mempersiapkan tenaga profesional yang trampil.
Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad, menyatakan bahwa:
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik pen. ) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, arpek spiritual, intelektual, imajinasi,  fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.”
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik sebagai muslim paripurna (insan al-kamil). Melalui sosok pribadi yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, ilmu, dan amal (QS. Al Mujaadilah/ 58: 11) secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhirat.[3]




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Filsafat adalah keajaiban hidup yang nyaris tak terbayangkan, bahkan oleh imajinasi dan nalar terliar, filsuf mana pun. Filsafat hadir dan meruang dalam hidup manusia dengan cara-cara yang sepenuhnya tak terbayangkan sehingga sejarah filsafat kerap menunjukkan betapa filsafat nyaris tak berbeda dengan sihir, penuh kejutan dan Selalu memesona. Di era yang jauh, di sebuah negeri bernama Yunani, keindahan sihir Hlsafat dikisahkan kerap merebut pemuda-pemuda gagah untuk segera meninggalkan masa mudanya, lalu hidup dan tinggal di dunia yang sepenuhnya sunyi dan bukan apa pun.
Tugas dan Fungsi Pendidikan Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhya dan berlangsung sepanjang hayat.
 Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam.
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan pendidikan yang telah  diprogramkan.


B.       Saran.
Demi terlaksananya dan terwujudnya pemahaman dan mengerti secara mendalam tentang materi ini, penyusun berharap tidak hanya berhenti pada literatur ini. Melainkan dianjurkan mencari referensi lain karena makalh ini jauh dari sempurna.





DAFTAR RUJUKAN

Abdul Karim Bakkar, haulah tarbiyah wa’taklim, (Damsyik:Darul kalam 2011
Gandhi, Teguh Wangsa. Filsafat Pendidikan Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan. Jogjakarta:Ar-ruzz Media, 2016
Nizar, Dkk. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Dan Praktis. Jakarta Selatan: Ciputat pers, 2002











[1]Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan Mazhab-mazhab Filsafat Pendidikan (Jogjakarta:Ar-ruzz Media, 2016), hlm. 79-84

[2]Abdul Karim Bakkar, haulah tarbiyah wa’taklim, (Damsyik:Darul kalam 2011 hlm 32-34
[3]Nizar Dkk , Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis Dan Praktis (Jakarta Selatan: Ciputat pers, 2002), hlm. 32-38

Tidak ada komentar:

Posting Komentar