Selasa, 17 Desember 2019

Manusia, Cinta Kasih, Penderitaan, Diskriminasi dan Keadilan



BAB 1
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia, cinta menanpakkan diri dalam berbagai bentuk, mulai dari mencintai dirinya sendiri, istrinya, anaknya, hartanya, dan tuhannya.Bentuk cinta ini melekat pada diri manusia, potensi dan frekuensinya berubah menurut situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.
Selain cinta dalam  kehidupan juga sebuah penderitaan, dimana penderitaan  itu  merupakan siksa, rasanya tidak ada jalan lain kecuali menyesali perbuatan –perbuatan yang tidak baik yang  pernah  kita lakukan, perbuatan, dengan janji tidak akan menulangi lagi.
Tetapi didalam  adanya penderitaan  juga ada sebuah  keadilan  yang membantu mengatasi sebuah  penderitaan  tersebut. Dimana keadilan  itu adalah sebuah pengakuan dan  perlakuan  yang seimbang antara hak dan  kewajiban.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan dalam  makalah  ini adalah sebagai berikut :
a.       Bagaimana hubungan Manusia dan Cinta Kasih ?
b.      Bagaimana hubungan Manusia dan Penderitaan?
c.       Apa Pengertian Deskriminasi ?
d.      Bagaimana hubungan Manusia dan Keadilan?

C.  Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui hubungan manusia, cinta kasih, penderitaandan keadilan.
b.      Untuk mengetahui pengertian deskriminasi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.      Manusia dan Cinta Kasih
1.    Pengertin Manusia dan Cinta Kasih
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri , makhluk yang  ingin mempunyai kekuasaan .[1]
Cinta adalah sebuah ungkapan  rasa kasih sayang dan simpati kita kepada seseorang  yang didorong oleh suatu  kehendak  dan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku disertai rasa tanggung  jawab dan dipertimbangkan  akal pikiran (rasional).[2]
Secara sederhana cinta bisa dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang tidak hanya berkembang diantara pria dan wanita, akan tetapi bisa juga antara pria dengan pria atau wanita dengan  wanita.
Cinta menurut ajaran agama adalah sebuah kedambaan yang dirasakan oleh seseorang. Dimana dalam  agama telah memberikan tuntunan tentang cinta yaitu bahwa cinta harus proporsional dan  adil, dan  jangan pernah lupa diri karna cinta. Dan didalam  al-quran  Allah telah  memberikan  kita cara kita untuk cinta kepada diri sendiri, orang tua dan sesama  manusia.[3]
Berbagai bentuk cinta dapat diuraikan sebagai berikut:
a.       Cinta diri
Secara alamiah manusia mencintai dirinya sendiri. Sebaliknya, manusia membenci segala sesuatu yang mengganggu dirinya, mendatangkan penderitaan, rasa sakit, dan marabahaya lainnya. Cinta diri erat hubungannya dengan menjaga diri. Cinta kepada diri sendiri perlu diimbangi pula dengan cinta terhadap orang lain untuk berbuat baik. Inilah yang dimaksud dengan cinta diri yang ideal.
b.      Cinta kepada sesama manusia
Motivasi seseorang mencintai sesama manusia, menurut presepsi sosiologis disebabkan karena manusia itu merupakan makhluk sosial. Menurut presepsi agama, mencintai sesama manusia itu merupakan kewajiban. Demikian pula adanya perbedaan warna kulit, ras, etnis, atau perbedaan fisik manusia. Bahkan dalam agama, sesama manusia dianggap masih saudara (saudara seiman). Dalam pepatah sering dikatakan “tak kenal maka tak sayang”, makna kenal di sini dilanjutkan dengan saling menyayangi dan mencintai antar sesama umat manusia.
c.    Cinta kepada Allah SWT
Puncak cinta manusia yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cinta dan kerinduannya kepada Allah. Tidak hanya sholat, pujian dan doanya ditujukan kepada Allah, tetapi semua tindakan dan tingkah lakunya ditujukan kepada Allah dengan mengharapkan penerimaan ridla-Nya. Cinta seorang mukmin kepada Allah akan membuat seseorang menjadi mencintai sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah, dan seluruh alam semesta. Hal ini terjadi karena semua yang wujud dipandang sebagai manifestasi Tuhannya.
d.       Cinta kepada Rasul (Nabi Muhammad SAW)
Cinta kepada rasul merupakan peringkat kedua setelah cinta kepada Allah SWT. Hal ini disebabkan karena rasul bagi kaum muslimin merupakan contoh ideal yang sempurna baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya dan juga merupakan suri teladan yang mengajarkan Al-Qur’an dan kebijaksanaan. Nabi Muhammad SAW telah menanggung derita dan berjuang dengan penuh tantangan sampai tegaknya agama Islam.
e.    Cinta kepada orang tua
Cinta kepada ibu-bapak dalam ajaran agama Islam sangat mendasar, menentukan ridla tidaknya Tuhan kepada manusia. Khusus mengenai cinta kepada orang tua ini, Tuhan memperingatkan keras melalui ajaran akhlak mulia dan langsung dengan tata kramanya.


2.    Hubungan Cinta Kasih dengan Manusia
Cinta sangat penting didalam kehidupan  karna belum sempurna jika hidup seseorang tidak perna merasakan yang namanya cinta. Karna cinta itulah kehidupan  ini ada . Bukan hanya manusia, bahkan hewanpun berbuat sesuatu didorong dengan adanya rasa cinta. Hanya bedanya, manusia melakukannya dengan akal dan dalam keadaan sadar sedangkan hewan hanya berdasarka naluri saja.
Dalam setiap diri manusia terdapat dua sumber kekuatan yang membuat manusia bergerak melakukan sesuatu yaitu perasaan cinta yand digerakkan oleh akal budi (cinta sejati), dan cinta yang digerakkan oleh  nafsu (cinta nafsu).
Dimana cinta sejati adalah  rasa cinta  yang tulus yang tidak memerlukan atau  menuntut  balasan. Sedangkan cinta nafsu adalah  karna ada udan dibalik batu.[4]

B.     Manusia dan Penderitaan
1.    Pengertian Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata berita. Kata derita berasal dari bahasa sansakerta dhra artinya menahan atau  menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu  yang tidak menyenangkan.
Baik didalam al-qura’n banyak surat dan ayat yang menguraikan  tentang penderitaan yang dialami manusia yang berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Hal itu telah di jelaskan dalam  surat Al-Balad ayat 4 dinyatakan “manusia ialah makhluk yang hidupnya penuh  perjuangan”.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan  manusia.Identitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat dan juga ada yang ringan tergantung bagaimana cara manusia berjuang menghadapi penderitaan tersebut.[5]



a.       Penderitaan sebagai fenomena universal
Penderitaan sebagai fenomena universal tidak mengenal ruang dan waktu, dapat terjadi pada kehidupan masa lalu, kini, dan masa yang akan datang. Selain itu juga dapat menimpa siapapun.
b.      Penderitaan sebagai anak penguasaan
Penderitaan yang terjadi tidak jarang justru disebabkan oleh faktor manusia sendiri. Penderitaan manusia yang satu tidak bisa dilepaskan dari ulah manusia lainnya. Ini semua sulit terbantahkan, karena penderitaan itu pada dasarnya merupakan anak penguasaan. [6]
Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan penderitaan:
o    Siksaan
Berbagai bentuk siksaan antara lain, yaitu bisa berupa siksaan di dunia dan siksaan setelah berada di alam baka. Adapun bentuk siksaan di dunia dapat berupa bencana alam, siksaan hati, siksaan badan, penyakit, dan lain-lain.
o    Rasa Sakit
Rasa sakit adalah rasa yang tidak enak bagi si penderita. Penderitaan yang berupa rasa sakit dan siksaan merupakan satu rangkaian peristiwa yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena adanya siksaan dan rasa sakit membuat orang menjadi menderita. Dalam pengalaman sehari-hari manusia dikenal adanya tiga macam rasa sakit, yaitu sakit hati, syaraf atau jiwa, dan sakit fisik.
o    Neraka
Jika manusia mengingat akan dosa maka terbayanglah neraka, sehingga terlintas dalam alam pikiran manusia adanya siksaan, rasa sakit, dan penderitaan yang hebat. Hal ini menandakan bahwa antara neraka, siksaan, rasa sakit, dan penderitaan mempunyai hubungan sebab-akibat yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Manusia masuk neraka karena dosa, maka jika berbicara tentang dosa berarti berkaitan juga dengan kesalahan.[7]

      2. Hubungan  Penderitaan dengan Manusia
Berbicara tentang penderitaan ternyata pendenderitaan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Dalam diri manusia ada cipta, karsa dan rasa. Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktifitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa.
Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan, maka manusia akan merasa menderita. Dan ketika kita merasa kurang kita juga akan menderita, rasa kurang itu muncul karena adanya anggapan lebih dari pihak lain.
Faktor eksternal di bedakan menjadi dua macam yaitu faktor eksternal murni dan faktor eksternal tidak murni.Fktor eksternal murni adalah faktor eksternal yang benar-benar berasal dari luar diri manusia. Misalnya bencana alam, wabah dan sebagainya.Sedangkan eksternal tidak murni tampaknya berasal luar diri manusia namun sebenarnya berasal dari dalam diri manusia. Misalnya penyakit yang kita derita, karena kita mau menjaga kesehatan diri kita.
Maka dapat disimpulkan bahwa penderitaan itu merupakan siksaan, dan rasanya tidak ada jalan lain selain kita menyesali perbuatan kita, dengan berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi.[8]

C. Deskriminasi

Diskriminasi adalah perlakuan buruk yang ditujukan terhadap kelompok manusia tertentu. Diskriminasi berarti setiap tindakan memisahkan seseorang dari sebuah organisasi, lingkungan, masyarakat atau kelompok orang berdasarkan kriteria tertentu. Dalam arti luas, diskriminasi adalah cara untuk mengurutkan dan mengklasifikasikan entitas lain.
Diskriminasi dapat merujuk ke bidang apapun, dan dapat menggunakan kriteria apapun. Jika kita berbicara tentang manusia, misalnya, dapat membedakan antara lain dengan usia, warna kulit, tingkat pendidikan, status sosial, pengetahuan, kekayaan, warna mata yang berbeda, dll. Tapi kita juga dapat membedakan sumber energi, karya sastra, hewan.
Diskriminasi ini mengacu kepada “pengecualian pembedaan, atau pembatasan berdasarkan asal etnis atau nasional, jenis kelamin, usia, kecacatan, status sosial atau ekonomi, kondisi kesehatan, bahasa , agama, memiliki efek merugikan atau  metiadakan pengakuan atau pelaksanaan hak-hak dan kesetaraan kesempatan bagi orang-orang. “Namun, diskriminasi merujuk pada tindakan membedakan atau segregasi yang merongrong kesetaraan. Biasanya digunakan untuk merujuk pada pelanggaran hak-hak yang sama bagi individu dengan masalah sosial, usia, ras, agama, politik dll.[9]
Penyebab muncul diskriminasi:
1.      Prasangka buruk dapat menyebabkan memainkan sebuah peran penting untuk melindungi atau meningkatkan konsep diri mereka. Ketika individu dengan sebuah prasangka memandang rendah sebuah kelompok, hal ini membuat mereka yakin akan harga diri mereka sendiri.
2.      Saling mencela satu sama lain akan menimbulkan orang lain tidak bertoleransi kepada kita.
Cara menghindari sikap diskriminasi :
               1.  Sesama orang yang beriman dan beragama islam harus saling menghormati dan menyayangi.
  1. Sesama orang beriman tidak saling meredahkan
  2. Sesama orang beriman tidak saling mencela
  3. Sesama orang beriman tidak saling memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan
  4. Sesama orang beriman tidak saling berprasangka buruk
  5. Sesama orang beriman tidak saling mencari-cari kejelekan orang lain
  6. Sesama orang beriman tidak saling menggunjing.
D.  Pengertian Keadilan dan Hubungannya dengan Manusia

1. Pengertian Keadilan
Keadilan adalah  pengakuan dan perlakuan yang seimbang antar hak dan kewajiban. Jika mengakui hak hidup, kita wajib mempertahankannya dengan kerja keras tanpa merugikan orang lain, karena orang lain pun mempunyai hak untuk hidup.
Berdasarkan kesadaran etis, kita tidak boleh hanya menuntut hak tanpa memperhatikan kewajiban. Jika hal itu terjadi sikap dan tindakan kita akan mengarah kepada pemerasan dan perbudakan orang lain. Namun sebaliknya, jika kita hanya memperhatika kewajiban tanpa menuntut hak maka kita akan doperbudak oleh orang lain.[10]
Dalam bukunya M. Munandar Sulaiman, menyatakan pengertian keadilan menurut beberapa teori antara lain :
1.      Menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah  diantara kedua ujung eksterm yang terlalu banyak dan terlalu sedikit.
2.      Menurut Plato merupakan proyeksi pada diri manusia sehingga orang yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal.
3.      Menurut Socrates merupakan proyeksi pada pemerintahan karena pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
Keadilan adalah suatu keadaan dimana seseorang harus melakukan apa yang menjadi kewajibannya dan memperoleh apa yang telah jadi haknya.[11]
Dalam islam keharusan untuk menjaga kebenaran dan keadilan telah diperintah oleh Allah dalam al-Quran, surat an-Nisaa’ yang artinya: “sesungguhnya kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang-orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”.
Tokoh-tokoh filsafat seperti Plato dan Aristoteles juga tidak mau ketinggalan melontarkan konsep keadilan tersebut. Plato pernah mengatakan bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Sedangkan, Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama, dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama pula (justice is done when equals are treated equally).[12]
Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan Keadilan:
      a.       Kejujuran
Jujur atau kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang akan sesuai dengan hati nuraninya. Jujur dapat pula diartikan seseorang yang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Orang yang menepati janji atau menepati kesanggupan, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun yang masih dalam hati (niat) dapat pula dikatakan jujur. Sedangkan, bagi orang yang tidak menepati niatnya berarti mendustai dirinya sendiri.
      b.        Kecurangan
Kecurangan dapat diartikan apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, dan senang apabila masyarakat di sekelilingnya hidup menderita.
Ditinjau dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, ada 4 aspek yaitu aspek ekonomi, aspek peradaban, aspek kebudayaan dan aspek teknik.Keempat aspek tersebut harus dilaksanakan secara wajar agar berjalan sesuai dengan norma-norma moral atau norma hukum.
      c.        Pemulihan Nama Baik
Pemulihan nama baik berarti mengembalikan mana baik seseorang yang semula dinilai tidak baik. Sebenarnya nama baik merupakan tujuan utama orang hidup, sehingga seseorang berusaha menjaga namanya agar tetap baik, yang pada hakikatnya sesuai dengan kodrat manusia, yaitu :
1)      Manusia menurut sifat dasarnya adalah makhluk sosial.
2)      Adanya aturan-aturan yang berdiri sendiri yang harus dipatuhi manusia untuk mewujudkan dirinya sebagai makhluk moral tersebut.
      d.      Pembalasan
Pembalasan berasal dari kata balas yang artinya cara atau perbuatan yang bertujuan untuk mengulangkan kembali apa yang pernah dikenakan kepadanya baik melalui hal positif atau negatif. Pembalasan merupakan sebuah reaksi atau perbuatan orang lain, reaksi itu bisa berupa perbuatan yang serupa dan seimbang.[13]
2.      Hubungan Manusia dan Keadilan
Berbuat adil berarti menghargai atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Jadi jika berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat dan martabat manusia.Berbuat demikian berati menganggap manusia lebih rendah atau lebih tinggi dari pada yang lain.[14]




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
·         Cinta-kasih mencakup seluruh obyek, tanpa mengenal agama, bangsa, dan suku, oleh karena itu cinta-kasih bersifat abadi. Cinta-kasih didasarkan oleh rasa tanggung-jawab, bukan rasa ingin memiliki; sehingga cinta-kasih tidak mengenal rasa cemburu, dengki dan iri.
·         Penderitaan disebabkan oleh rasa kurang dan rasa takut terhadap sesuatu. Penderitaan termasuk penyakit batin manusia. Oleh karena itu, cara mengatasi penderitaan adalah dengan menumbuhkan kesadaran diri terhadap eksistensi Tuhan. Setiap orang akan mendapatkan penderitaan yang bentuk dan sifatnya berbeda, maka dalam kehidupan kita apabila siap menerima cinta harus siap pula menerima penderitaan yang mungkin saja akan terjadi.
·         Diskriminasi adalah perlakuan bruk yang ditunjukan terhadap kelompok manusia tertentu.
·         Keadilan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sosial. Yang menjadi ukuran dalam keadilan adalah hak dan kewajiban. Hak adalah bayaran atas pemenuhan kewajiban, sementara kewajiban adalah hal yang harus diselesaikan sebagai tanggung jawab atas jabatan atau peran seseorang. Keadilan pada umumnya sulit diperoleh. Dalam hal ini setiap manusia dalam memperoleh keadilan biasanya memerlukan pihak-pihak terkait atau pihak ketiga sebagai penengah dengan harapan pihak tersebut dapat bertindak adil terhadap pihak-pihak yang berselisih.

B.  Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA
Mawardi dan Nur Hidayati. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
WIDAGDHO, Djoko,dkk. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. 2004
Sujarwa. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.
Sulaeman, Munandar. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: Refika Aditama. 1998.
Tasmuji, dkk. IAD-ISD-IBD. Surabaya: IAIN SA. 2012




[1] Tasmuji, dkk. Ilmu Alamiyah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar ( Surabaya : IAIN SA Press, 2012), hlm.147
[2]Ibid, hlm.167-168
[3]M. Munandar Sulaeman, Ilmu Budaya Dasar Sebagai Pengantar ( Bandung : Refika Aditama,2005), hlm.75
[4]Djoko Widagdho, dkk. Ilmu Budaya Dasar ( Jakarta : Bumi Aksara,2004), hlm. 57-58
[5]Ibid, 81
[6]Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 80-81
[7]Mawardi, IAD-ISD-IBD (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 170-171
[8]Djoko Widagdho,dkk. Ilmu Budaya Dasar, hlm. 99-102
[9]Cesar Rodriguez, Hak untuk mendapatkan kesetaraan,(Jakarta: Angkasa, 1980), hlm. 245.
[10]Mawardi, IAD-ISD-IBD, hlm. 172
[11]Tasmuji,dkk. IAD-ISD-IBD, hlm.188
[12]Sujarwa, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, hlm. 59-63.
[13]Tasmuji, dkk. IAD-ISD-IBD, hlm.189-192
[14]Djoko Widagdho, dkk. IAD-ISD-IBD, hlm 123-125                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar