Selasa, 17 Desember 2019

Kebudayaan Masyarakat Primitif, Agraris, Dan Industri


                                                           
BAB I
PENDAHULUAN


     A.    Latar Belakang

Pembahasan tentang materi kebudayaan masyarakat primitive, agraris dan industry merupakan materi yang harus kita ketahui walau dengan pengetahuan yang tidak sesempurna mungkin, dikarenakan dengan kita mengetahui tentang kebudayaan masyarakat primitif, agraris dan kebudayaan merupakan tahap awal kita untuk mengetahui latar belakang masyarakat yang masih menggantungkan segala aspek kehidupannya terhadap alam dan hingga perubahan yang telah terjadi saan ini yang telah dominan terhadap pelaksanaan segala hal hamper 90% telah mengalami perubahan, yaitu dengan adanya alat-alat teknologi yang modern yang telah sangat membantu kelangsungan kehidupan masyarakat tentunya. Walau di beberapa daerah masih ada yang tidak mau mengunakan alat-alat modern serta menolak hal tersebut dikarenakan meeka masih bersi keras atas kebudayaan yang telah ia anut dari nenek moyangnya yang terdahulu. Namun, dibalik itu semua masyarakat kita khususnya di Indonesia sudah 90% mengalami perubahan yang sangat segnifikan disbanding dengan kbudayaan yang telah terdahulu. Misalnya dengan sector pendapatan dalam hal perekonomian, upaya mendapatkan pangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Terdahulu lebih dominan dengan mengunakan sekror pertanian yang cara penggarapan dalam bertani masih mengunakan cara-cara tradisional, seperti halnya mengunakan peraian yang tergantung pada alam, dan selain itu juga mengunakan sapi dalam bajak sawah. Namun kini, telah berubah dengan mengunakan perairan (yang telah diolah oleh manusia, namun mengunakan alat yang modern) begitu pula juga dengan bajak sawah kinii telah mengunakan traktor, tidak mengunakan sapi kembali.

     B.     Rumusan Masalah

1.      ApaYang Dimaksud Dengan Kebudayaan?
2.      Apa Yang Dimaksud Dengan Kebudayaan  Masyarakat Primitif?
3.      ApaYang Dimaksud Dengan Kebudayaan Masyarakat Agraris?
4.      ApaYang Dimaksud Dengan Kebudayaan Masyarakat Industri?

     C.     Tujuan Permasalahan

1.      Untuk Mengetahui Pengertian Kebudayaan.
2.      Untuk Mengetahui Kebudayaan  Masyarakat Primitif.
3.      Untuk Mengetahui Kebudayaan MasyarakatAgraris.
4.      Untuk Mengetahui Kebudayaan Masyarakat Industri.




BAB 11
PEMBAHASAN

1. Kebudayaan

Kebudayaan ataupun yang disebut dengan peradaban, mengandung pengertian yang luas meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897)
Para ahli sudahbanyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan tersebut timbul dua pemikiran tentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban. Pertama,  bahwa adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia (baca kebudayaan) dibutuhkan oleh tindakanb esar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama. Kedua,  anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya. Perlu di catat bahwa kedua pendapat diatas tidak lepas dari kondisi alamnya atau dengan kata lain alam tidak jenuh oleh keadaan yang tidak ada ujung pangkalnya, atau alam tidak pernah bertindak dengan meloncat. Demikian pula proses sejarah bukanhal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adat istiadat, dan kehendak semua masyarakat.
Mempelajari pengertian kebudayaan bukan suatu kegiatan yang mudah, mengingat banyaknya batasan konsep dari berbagai bahasa, sejarah, dan sumber bacaannya dan literaturnya, baik yang berwujud ataupun yang abstrak yang secara jelas menunjukkan jalan hidup bagi kelompok orang (masyarakat). Demikian pula dalam pendekatan metodenya sudah banyak disiplin ilmu lain seperti Sosiologi, psikologi (perilaku), mengkaji bermacam-macam masalah kebudayaan, yang  tingkat kejelasannya bergantung kepada konsep dan penekanan masing-masing  unsure konsepnya. Bahkan ada yang bertentangan dalam hal pertanyaan tentang segi epistermologis dan ontologisme. Walaupun demikian, menurut  Kluckhohn (1951) hampir semua antropolog Amerika setuju dengan dalil proposisi yang diajukan oleh Herkono dalam bukunya yang berjudul Man and his work tentang teori kebudayaan yaitu:
a)      Kebudayaan dapat di pelajari.
b)      Kebudayaan bersumber atau berasal dari segi biologis, lingkungan, psikologs, dan komponen sejarah eksternal manusia.
c)      Kebudayaan mempunyai struktur.
d)     Kebudayaan dapat di pecah-pecah kedalam berbagai aspek.
e)      Kebudayaan bersifat dinamis.
f)       Kebudayaan memiliki variabel.
g)      Kebudayaan memperlihatkan keteraturan yang dapat di analisis dengan metode ilmiah.
h)      Kebudayaan merupakan alat bagi seseorang (individu) untuk mengatur keadaan totalnya dan menambah arti bagi kesan kreatifnya.[1]

      A.    Unsur-unsur kebudayaan

Unsur unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar ,kompleks, dan dengan jaringan hubungan  yang luas. Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia memiliki tujuh unsure universal, yaitu:
a)      Bahasa
b)      Sistem teknologi
c)      Sistem mata pencaharian
d)     Organisasi sosial
e)      Sistem pengatahuan
f)       Religi
g)      Kesenian. [2]

B.     Perkembangan Kebudayaan

Kebudayaan dan masyarakat  adalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat di pisahkan.  Ada juga yang mengatakan bahwa kebudayaan itu berarti budi akal. Dengan demi kian kebudayaan dapat di artikan sebaga hal-hal yang bersangkutan  dengan budi atau akal.
Disamping kebudayaan ada kata kultur yang berasal dari bahasa inggris culture. Culture berasal dari bahasa latin  yaitu “colere” yang diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan merubah alam. E.B. Taylor memberikan definisi mengenai kebudayaan  adalah keseluruhan yang kompleks  yang mencakup pengatahuan, kepercayaan, keilmuan, sosial, hukum,  adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia  sebagai anggota masyarakat.
Selo soemarjan dan soelaiman sumardi  memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat.
Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniyah yang di perlukan manusia untuk menguasai alam sekelilingnya untuk keperluan masyarakat.
Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah-kaidah  dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas misalnya agama, idiologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur hasil ekspresi dari jiwa manusia sebagai anggota masyarakat.[3]

2. Masyarakat Primitif

Tentang Masyarakat Primitif, maka yang muncul dalam benak kita adalah apa yang dimaksud dengan Masyarakt Primitif. Maka dari itu mari kita pelajari bersama tentang Masyarakat Primitif dan Kebudayaannya.
Pengertian Masyarakat  Primitif  jika ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kehidupan masyarakat terbelakang peradabannya, atau dapat dikatakan juga sebagai masyarakat yang hidup di masa belum mengalami kemajuan. [4]
Jadi dari pengertian tentang Masyarakat Primitif diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa kehidupan Masyarakat primitif itu adalah Masyarakat yang masih belum mengalami kemajuan, baik dari sisi pengatahuan, perekonomian, dan alat teknologi canggih. Tentunya sangat berbeda dengan keadaan masyarakat sekarang yang hampir secara keseluruhan sudah dapat dikatakan Masyarakat Moderen dikarenakan kehidupan masyarakat pada masa ini sudah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kecuali di daerah atau suatu wilayah tertentu seperti: di daerah yang terdapat di selatan Sudan dan barat daya ethiopia (Bangsa Surma), di Peru (Suku Primitif Peru), dan lain sebagainya.  yang masih sampai saat ini dapat di katakan sebagai masyarak primitif.

A. Kebudayaan Masyarakat Primitif

Sebelum membahas tentang kebudayaan Masyarakat Primitif, kita harus mengetahui terlebih dahulu inovasi kebudayaan mereka adalah dalam bidang adat istiadat, seni, kepercayaan, tata cara dalam upacara keagamaan, dan tradisi yang biasanya tidak meninggalkan sebarang artefak kebudayaan, alat, atau senjata.
Kepercayaan terhadap roh, atau yang sering disebut dengan istilah Animisme ini merupakan salah satu kebudayaan Masyarakt Primitif yang berdampak tata nilai kemajuan dari masyarakat primitif menjadi masyarakt moderen kurang dari sisi akademik. Selain itu masyarakat primitif tidak mengenal sistem jual beli. Mereka masih menggunakan sistem ekonomi yang masih sangat sederhana sekali, yaitu sistem barter.
            Pada awalnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup, masyarakat primitif mengunakan cara berburu, meramu, dan memakan buah-buahan yang ada di dalam hutan.  Mereka memenfaatkan keadaan alam dengan sebaik-baiknya namun, dalam perkembangan pengetahuan  dan akulturasi dengan masyarakat luar  menyebabkan masyarakat primitif  mengenal pertanian dan perkebunan. Berburu merupakan salah satu bentuk mata pencaharian  mereka. Kegiatan berburu dilaksanakan secara bersama-sama dengan membawa anjing. Alat yang di gunakan tombak dan parang selain mengunakan tombak dan parang mereka juga mengunakan sistem perangkap dan jerat.
Jenis mata pencaharian lain yang di lakukan adalah meramu, yaitu mengambil buah-buahan, dedaunan,  dan akar-akaran sebagai bahan makanan dan obat. Jika meramu di hutan lebat biasanya didapatkan buah-buahan seperti: cempedek, durian,  dan buah-buahan lainnya. Jika meramu  di daerah semak belukar mereka mengumpulkan pakis, rebung, gadung, enui,  dan rumbia.
Bangunan tempat tinggal masyarakat primitif masih sangat sederhana  sekali biasanya terbuat  dari kayu dan atap jerami atau sejenisnya. Bangunannya berbentuk panggung dengan tinggi kurang lebih 1,5 meter. Ukuran bangunan sekitar 4x5 meter atau sesuai dengan kebutuhan keluarga.
Masyarakat primitif biasanya mengunakan pakaian dengan berbagai macam variasi yaitu:
a)      Bagi yang tinggal di hutan dan berpindah (nomaden)pakaiannya cukup menutupi bagian tertentu saja.
b)      Bagi yang tinggal di hutan dan tetap menetap biasanya, juga terkadang mengunakan pakaian seperti masyarakat umum seperti: baju, sarung atau celana.
c)      Bagi yang tinggal berdekatan dengan masyarakat pemukiman yang berada di luar pakaiannya seperti masyarakat desa lainnya namun, kebiasaannya tidak mengunakan baju masih sering ditemukan dalam wilayah pemukimannya.
Kehidupan sehari-hari masyarakat primitif  di atur dengan aturan, norma, dan adat istiadat yang berlaku sesuai dengan budayanya. Dalam lingkungan kehidupannya dikenal istilah kelompok keluarga dan kekerabatan.[5]
Selain itu masyarkat primitif itu dapat menerima mitos karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan pemikirannya, sedangkan hasrat ingin tahunya berkembang terus (bagi masyarakat yang tidak begitu mengagungkan kebudayaannya yang dibawa oleh nenek moyangnya).Itulah sebab mitos merupakan jawaban yang paling memuaskan pada masa itu.[6]


3. Peradaban

Membahas tentang Peradaban, kata Peradaban berasal dari bahasa Latin, yaitu civitas yang berarti kota.  Istilah Peradaban dalam bahasa inggris disebut civilization. Istilah peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.
Terbentuknya peradaban di dunia, pada umumnya dilatar belakangi oleh faktor-faktor yang hampir sama. Faktor pertama ialah letak geografis yang berada pada posisi strategis serta dekat dengan sumber air yaitu sungai. Sungai memiliki arti penting bagi kelangsungan hidup suatu masyarakt pada masa sebelum mengalami kemajuan / masyarakt primitif. Masyarakat primitif yang hidup dari pertanian dan peternakan sangat membutuhkan air untuk mendukung usaha mereka. Sungai juga berfungsi sebagai alat transportasi yang dapat menghubungkan daerah-daerah lain sehingga terbentuklah jalur perdagangan antar daerah. Faktor yang ialah adanya lahan yang subur bagi pertanian. Lahan yang subur dapat memberikan pasokan makanan yang cukup bagi seluruh penduduk. Terlebih lagi, pusat-pusat peradaban primitif umumnya merupakan kota-kota besar yang memiliki jumlah penduduk yang banyak.

A.    Ciri-ciri peradaban

semua peradaban imulai ketika manusia mulai hidup bersama dalam kelompok yang besar. Setelah itu, secara bertahap ataupun berangsur-angsur mulai membentuk suatu komunitas baru yang lebih maju dan lebih besar jumlah anggotanya. Setiap peradaban memiliki kekhasan dan keunikan karakter. Berikut ini adalah cri-ciri suatu peradaban.
a)      Berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dari teknologi baru yang lebih maju, seperti bidang astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, arsitektur, kesenian, keagamaan, ilmu ukur, dan sebagainya.
b)      Masyarakat terbagi dalam jenis pekerjaan, keahlian, dan strata sosial yang kompleks.
c)      Sistem pemerintahan yang tertib karena terdapat hukum dan aturan-aturan.
d)     Perkembangan kota-kota baru dengan tata ruang yang baik, indah, dan modern. Kota tersebut memiliki beragam fasilits yang tidak di temukan di tempat-tempat lain.[7]

4.      Kebudayaan Masyarakat Agraris

Masyarkat agraris adalah adalah masyarakat yang dominan sumber pendapatan memunuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani.[8]
Ditinjau dari segi geografis, desa adalah suatu hasill perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud atau kenampakan di muka bumi yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomi, dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah-daerah lain.
Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hukum bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut  Bintarto dalam bukunya Suatu Pengantar Geografis Desa, 1977 dijelaskan sebagai berikut: 
            Unsure-unsur desa ialah:
a)      Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif dan yang tidak, serta penggunaannya.
b)      Penduduk, meliputi jumlah, pertambahan, kepadatan persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
c)      Tata kehidupan, dalam hal ini pola tata pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa.
Maju mundurnya desa bergantung pada tiga unsure ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh factor usaha manusia (human efforts) dan tata geografi (geographical setting). Adapun menurut Paul H. Landis, desa  adalahdaerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan cirri-ciri sebagai berikut:
a)      Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antara beberapa ribu jiwa;
b)      Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan;
c)      Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi ), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi  oleh keadaan alam, seperti : iklim, kekayaan, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi, yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai hubungan erat dan mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluargaan di dalam kelompok mereka, seperti gotong royong dan tolong menolong.

A.      Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan

a)      Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila di bandingkan dengan warga masyarakt di luar batas-batas wilayahnya.
b)      Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban).
c)      Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian. Adapun pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang.
d)     Masarakatnya homogeny, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan sebagainya. [9]

B.      Potensi dasar suatu desa

Potensi dasar suatu desa merupakan modal dasar dari desa terdiri dari potensi alam, potensi penduduk dan lokasi /letak desa terhadap pusat fasilitas.Potensi dasar yang diolah dan dikembangkan oleh masyarakat serta menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat desa.

C.      Tipe desa

Tipe desa dicantumkan berdasarkan pendekatan potensi dominan yang di olah dan dikembangkan serta telah menjadi sumber penghasilan sebagian besar masyarakat desa.
Tipe desa meliputi 8 (delapan) tipe yaitu:
1)      Tipe Desa Nelayan
2)      Tipe Desa Persawahan
3)      Tipe Desa Perladangan
4)      Tipe Desa Perkebunan
5)      Tipe Desa Peternakan
6)      Tipe Desa Kerajinan/Industri Kecil
7)      Tipe Desa Industry Sedang Dan Besar
8)      Tipe Desa Jasa Dan Perdagangan

a)      Desa Nelayan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung kepada potensi laut.
b)      Desa Persawahan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi pertanian sawah, baik yang berpengairan teknis, non teknis maupun tadah hujan.
c)      Desa perladangan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi pertanian tanah kering (ladang/tegalan) baik ditanami padi maupun palawija.
d)     Desa perkebunan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi pertanian tanaman keras (lebih satu musim)dan monokultur.
e)      Desa peternakan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi peternakan.
f)       Desa Kerajinan/Industri kecil adalah desa yang sebagian besr kehidupan penduduknya bergantung kepada potensi industri kecil atau kerajinan.
g)      Desa industri besar dan sedang adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi industri besar dan atau sedang.
h)      Desa jasa dan perdagangan adalah desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya bergantung pada potensi perdagangan dan jasa.
            Tipe kelurahan identik dengan tipe desa tersebut diatas selanjutnya desa-desa di seluruh Indonesia dibangun dengan memperhatikan masing-masing tipe desa, yaitu memprioritaskan potensi dominan yang telah diolah dan dikembangkan serta telah menjadi sumber penghidupan sebagian besar masyarakat setempat tanpa mengabaikan potensi lainnya.
            Dengan demikian pembangunan desa merupakan upaya untuk meratakan pembangunan dalam rangka mempertinggi tingkat pendapatan sebagian besar masyarakat setempat.[10]

D.     Pola Lokasi Dan Ruang Kota

            Pertumbuhan dan perkembangan kota sejalan dengan prinsip umum lokasi dan pertumbuhan, sehingga sebuah kota dalam beberapa tahun kemudian menjadi sebuah kota besar, bahkan menjadi kota metropolitan, sedangkan kota lainnya tidak secepat itu perkembangannya, tetap sebagai kota semula tidak banyak mengalami perubahan. Mengapa demikian? Apakah yang menjadi prinsip dasar penentuan lokasi dan pertumbuhan kota?
            Bagi setiap kota, diperlukan adanya kemudahan yang maksimal bagi penyesuaian warga atau penduduknya, meskipun pada kenyataannya tidak semua kota menempati lokasi yang ideal seperti itu, kemudian dalam waktu jangka panjang para pengelola kota lalu berusaha menyediakan prasarana dan sarana melalui perencanaan menuju ideal itu. Sejalan dengan fungsi kota, seperti yang telah dikemukakan oleh Noel P. Girst ( liat sub bab V hal 29), maka dalam komputisi di bidang ekonomi secara bebas, maka bagi kota yang memiliki predikat “commercial city” lebih cenderung untuk menempati lokasi yang dapat dilakukan pertukaran barang –barang dan jasa-jasa secara mudah dari sumber barang (produsen) dan mereka yang memerlukan (konsumen), baik bagi penduduk kota atau bagi mereka disekitarnya (dari luar).[11]

E.      Simpulan Tentang Karakteristik Kota dan Masyarakat

            Jika dari uraian yang telah disebutkan diringkaskan, dapatlah kita temukan kembali ciri-ciri kota dan masyarakat kota, sebagai berikut:
     a)      Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus ( sehingga berbeda antar kota dengan fungsi yang berbeda)
     b)      Mata pencaharian penduduknya di luar agraris (non agraris)
     c)      Adanya spesialisasi pekerjaan warganya
     d)     Kepadatan penduduk
     e)      Ukuran jumlah penduduk (tertentu yang di jadikan batasan)
f    f )    Warganya( relatif ) mobility.
     g)      Tempat pemukiman yang tampak permanen
    h)      Sifat-sifat warganya yang heterogen, kompleks, social relations yang impersonal dan external, serta personal segmentation, karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali orang tidak kenal satu sama lain, seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.
            Itulah ciri-ciri pada umumnya secara sepintas, dan tentu saja seringkali sangat berbeda dalam kualitasnya akan fonomena kota dan masyarakat tertentu.[12]

5.      Kebudayaan Masyarakat Industri

Masyarakat Industri adalah masyarakat yang telah mengenal pengolahan barang dengan mengunakan sarana dan peralatan.[13]
            Masyarakat industri adalah masyarakat yang menjalankan aktivitas dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil teknologi modern, bentuk konkrit masyarakat industri dapat dilihat pada negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Jerman, Prancis dan Inggris.
            Hampir setiap  masyarakat menginginkan kemajuan hingga mencapai Masyarakat Industri, karena segala permasalahan hidup, hampir dapat dipecahkan dengan hasil teknologi dan berjalan secara efisien dan efektif. Bangsa Indonesia sekarang ini, juga mempersiapkan diri ke arah pembentukan Masyarakt Industri.

      A.    Ciri khusus Masyarakat Industri

            Pertama, mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan, seperti masyarakat padang pasir, melainkan pada jalannya mesin-mesin pabrik, khususnya di daerah perkotaan, sedangkan pertanian dikerjakan di daerah pedesaan dalam lokalisasi yang sangat kecil, karena dengan hasil ilmu pengetahuan dan teknologi mampu menciptakan panen yang cukup besar, di Amerika Serikat lokalisasi pertanian hanya 5% saja, sudah mampu memberikan kehidupan pada masyarakat lain yang bekerja di luar sektor pertanian. 
            Kedua, potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan adminitrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada masyarakat industri. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan  dari pada pengetahuan sosial.
            Ketiga, kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati hal itu dapat di maklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi.
Dalam masyarakat industri biasanya terdapat spesialisasi pekerjaan.Terbentuknya spesialisasi pekerjaan tersebut disebabkan oleh semakin kompleks dan rumitnya bidang-bidang pekerjaan dalam masyarakat industry. Proses perubahan yang terjadi dalam diferensi pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya hierarki prestise dan penghasilan yang kemudian kemudian menimbulkan adanya stratifikasi dalam masyarakat yang biasanya berbentuk piramida.
Distribusi terjadi karena dalam masyarakat terdapat barang-barang yang bernilai/berharga namun jumlahnya langka dan harus dialokasikan kepada anggota-anggota masyarakat. Model dari proses distribusi dalam masyarakat, terutama masyarakat industry adalalh stratifikasi sosial.
            Mobilitas sosial merupakan perpindahan status dalam stratifikasi sosial. Studi tentang mobilitas sosial bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu struktur sosial yang ada di dalam masyarakat terbuka atau memberikan peluang yang sama pada seluruh anggotanya untuk meningkatkan posisi sosialnya. Disisi lain, studi tentang mobilitas sosial juga merupakan suatu studi untuk mengetahui berbagaai sebab, pola dan konsekuensi perubahan sosial yang terjadi pada individu maupun masyarakat.[14]

     B.     Cabang Sosiologi Industri

Dalam memepelajari gejala-gejala sosial secara umum membutuhkan pembagian secara khusus sesuai dengan bidang kajian sosiologi  sehingga muncul cabang-cabang sosiologi diantara salah satu dari beberapa cabangnya adalah sosiologi industri  yaitu adalah cabang sosiologi industry yang mengkaji hubungan antara fonomena sosial yang terjadi dalam masyarakat dan kegiatan industry. Beberapa materi yang dipelajari antara lain peranan industri dalam perubahan sosial, aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi), serta hubungan industri dengan berbagai struktur di masyarakat.[15]





BAB III
PENUTUP


      A.    Kesimpulan

·         Kebudayaan merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa  yang  kompleks, meliputi pengetahuan,  kepercayaan,  seni,  moral, hukum,  adatistiadat (kebiasaan),  dan pembawaan lainnya  yang  diperoleh dari anggota masyarakat (Taylor, 1897)
·         Kebudayaan Masyarakt Primitif  jika ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kehidupan masyarakat terbelakang peradabannya, atau dapat dikatakan juga sebagai masyarakat yang hidup di masa belum mengalami kemajuan.
·         Kebudayaan Masyarakat Agraris masyarakat yang dominan sumber pendapatan memunuhi kebutuhan hidupnya dengan bertani.
·         Kebudayaan Masyarakat industri masyarakat yang telah mengenal pengolahan barang dengan mengunakan sarana dan peralatan.

      B.     Saran

Walau saat ini, mayoritas masyarakat kita khususnya di Indonesia berada pada zaman yang serba modern, diupayakan hal itu semua digunakan sebaik mungkin serta semaksimal mungkin dalam penggunaann alat-alat modern.Yang tentunya pada akhirnya nanti menghasilkan mempermudah kinerja yang terdapaat di tengah-tengah masyarakat pada umumnya.




DAFTAR PUSTAKA
https:// lovenadewi.wordpress.com
Imam Asy’ari Sapari. Sosiologi Kota Dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional. 1993.
Komasmandala.blogspot.co.id
Mawardi,dkk. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. 2000.
Maulana Rizky dan Amelia Putri.Kamus Modern Bahasa Indonesia. Surabaya: Lima Bintang.
Suparmin,dkk. Sejarah. Surakarta:Suara Media Sejahtera.
Widagdho Djoko. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2004
Wulandari Fitri. Sosiologi. Klaten: Viva Pakarindo.




[1]Djoko Widagdho. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2004. Hlm. 19-20.
[2]Djoko Widagdho.Op.cit. hlm. 22-23.
[3]Hartomo dan Arniwn Aziz.Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. 1997. Hlm 38
[4]Rizky Maulana dan Putri Amelia.Kamus Modern Bahasa Indonesia. Surabaya: Lima Bintang. Hlm 335.
[5] https:// lovenadewi.wordpress.com
[6]  Mawardi,dkk. IAD-ISD-IBD. Bandung: Pustaka Setia. 2000. Hlm 14.
[7] Suparmin,dkk. Sejarah. Surakarta:Suara Media Sejahtera. Hlm 23.
[8]Rizky Maulana dan Putri Amelia.Op.cit. hlm. 12.
[9] Mawardi,dkk. Op.cit. hlm. 191-192.
[10]Sapari Imam Asy’ari.Sosiologi Kota Dan Desa. Surabaya: Usaha Nasional. 1993. Hlm. 113-114.
[11]Sapari Imam Asy’ari.Op.cit. hlm. 38.
[12]Sapari Imam Asy’ari.Op.cit. hlm. 28.
[13]Rizky Maulana dan Putri Amelia.Op.cit. hlm. 167.
[14] Komasmandala.blogspot.co.id
[15] Fitri Wulandari. Sosiologi. Klaten: Viva Pakarindo. Hlm. 7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar