BELAJAR
TANPA BATAS
MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi tugas Mata
kuliah Qiraatul kutub
Dosen Pengampu: Azhar Amrullah
Hafizh, LC, M, TH,I
Oleh:
MIFTAHUL JANNAH : 2016070101----
MUH. MUHLAS ADIPUTRA : 2016070101----
MOH. RIDWAN : 2016070101----
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu
kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat,Taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat
manusia.
Makalah ini di susun guna
memenuhi tugas mata kuliah Qiraatul kutub dan juga untuk khalayak ramai
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala
kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam
penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan.Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran
dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Qiraatul
kutub yang kami harapkan sebagai bahan
koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Sampang,8 Juni 2017
KELOMPOK 8
DAFTAR ISI
HALAMAN
SAMPUL............................................................................................i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR
ISI...........................................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................1
A.
LATAR
BELAKANG..................................................................................1
B.
RUMUSAN
MASALAH.............................................................................1
C.
TUJUAN......................................................................................................1
BAB
II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. DEFINISI
BELAJAR.....................................................................2
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PROSES DAN HASIL
BELAJAR....................................................................................................
C. MANFAAT ILMU
DALAM KEHIDUPAN...............................................9
BAB III
PENUTUP................................................................................................10
A.
KESIMPULAN..........................................................................................10
B.
SARAN......................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesungguhnya hal yang utama yang turun dalam al-Qur’an
dan dipelajari didalamnya adalah perintah membaca yang terdapat dalam surah
Al-Alaq. Pada ayat pertama yang berarti membaca dengan menyebut nama Allah yang
menciptakan kita, yaitu membawa hal-hal yang diperintahkan, membaca yang
memberikan manfaat bagi pembaca dan juga pendengar. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa dalam agama islam telah diberikan kepada manusia sebuah
kemampuan, pengetahuan, dan potensinya masing-masing. Dan untuk memahami suatu
ilmu, perlunya seorang ahli yang mendalami dan memberikan perhatian dengan
sebaik-baik perhatian. Ketika manusia diberikan ilmu, maka akan memiliki rasa
ingin tau untuk memahami lebih dalam ilmu tersebut dan merasa bahwa ilmu itu
juga penting bagi dirinya dan kehidupannya.
Ketika manusia mengalami keamajuan, maka kebutuhan
terhadap ilmu itu semakin kuat, sekiranya ketika dia bertambah ilmu maka dia
akan menguasai bidang-bidang yang baru, dan melahirkan kekuatan yang baru untuk
lebih maju. Dan ikatan cara mencari kebutuhan hidup berhubungan dengan ilmu,
dan apa apa yang diperbaiki dari keterampilan-keterampilan, memungkinkan semua
orang untuk memposisikan dirinya dalam menyerap ilmu, dan memolesnya sebagai
pengalaman dan keterampilannya.
Dan adapun suatu kaum yang tidak memperbaiki
intelektual keturunannya dalam jangka panjang, menjadikan diri mereka sebagai
pengikut suatu kaum yang lain (jahiliyah) serta mengeruk keuntungan dari setiap
tingkatan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apakah definisi belajar?
2.
Apasaja faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar?
3.
Apakah manfaat ilmu dalam kehidupan?
C. TUJUAN
1.
Menjelaskan definisi belajar
2. Menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
3. Menjelaskan
manfaat belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI BELAJAR
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari
pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini, dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons.
Ilmu pada zaman dahulu itu mwnggunakan refrensi
begitunya juga halnya belajar mengajar beriringan dengan zaman jadi itu
mengikuti perkembangan zaman ketika orang alim yang berilmu itu meninggal
kemungkinan hilang juga sama ilmunya dan paling utama dari orang alim tersebut
adalah muncullah huruf abjad yang mana huruf abjad itu sudah bisa dinikmati
sama orang orang dinikmatinya itu seperti sudah bisa menulis begitu pengetahuan
itu bisa berpindah-pindah dari ruang waktu ke ruang waktu lain dari tempat satu
ketempat yang lain dan pengetahuan itu bisa disimpan bisa di documentasikan
bisa dihafal bisa dipulihkan dan pengetahuan itu bisa disebar-sebarkan dan juga
bisa diperoleh dengan ruamh lingkup yang luas jadi ilmu bisa diperoleh
dimana-mana.
B.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES DAN HASIL BELAJAR
Secara umum
faktor-faktor yang memengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu
sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Faktor internal adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil
belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan
psikologis.
1)
Faktor
fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu.
Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan jasmani.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang.
Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap
kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi
fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal.
Secara umum kondisi fisikologi, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam
keadaan lelah, dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya
semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan
gizi misalnya, ternyata kemampuan belajarnya berada dibawah siswa-siswa yang
tidak kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi, pada umumnya
cenderung cepat lelah dan capek, cepat ngantuk dan akhirnya tidak mudah dalam
menerima pelajaran.
Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada
proses dan hasil belajar. Misalnya, seseorang yang minum-minuman kerasakan
kesulitan melakukan proses belajar, karena saraf pengomtrol kesadarannya
terganggu. Bahkan, perubahan tingkah laku akibat pengaruh minuman keras
tersebut, tidak dapat dikatakan perubahan tingkah laku hasil belajar.
Oleh karena keadaan keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk
menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan Jasmani antara
lain adalah:
a)
Menjaga pola
makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh, karena
kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu, dan
mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar;
b)
Rajin
berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;
c)
Istirahat
yang cukup dan sehat.
Kedua,
keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu
masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga
manusia dapat mengenal dunia luar. Pancaindra yang memiliki peran besar dalam
aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Bahkan dikatakan oleh Aminnudin Rasyad (2003, h.) pancaindera merupakan
ilmu pengetahuan (five sence are the
golden gate of knowledge). Artinya, kondisi pancaindera tersebut akan
memberikan pengaruh pada proses dan hasil belajar. Dengan memahami kelebihan
dan kekurangan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan dan pemahaman akan
mempermudah dalam memilih dan menentukan jenis rangsangan arau stimuli dealam
proses belajar.
Oleh karena
itu, baik guru maupun siswa perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara
preventif maupun yangbersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar yang
memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara
periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi, dan lain sebagainya.
2)
Faktor psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses
belajar. Setiap manusia atau anak didik
pada dasrnya memilki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal
kadar, bukan dalam hal jenis. Tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh
pada proses dan hasil belajarnya maisng-masing. Beberapa faktor psikologis yang
utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan/intelegensi siswa, motivasi, minat, perhatian, sikap,bakat, dan
kognitif dan daya nalar.
a.
Kecerdasan/intelegensi siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan
psiko-fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan
melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan
dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh yang lain. Namun bila
dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting
dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali
tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling
penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar
siswa. Semakin tinggi tingkat intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan
siswanya.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat
diperoleh oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui
konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik
berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata¬rata,
atau mungkin lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang
merupakan hal yang sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar
seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu
mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
b.
Motivasi
Motivasi
adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Dari sudut
sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa
yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena
membaca tidak hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah
menjadi kebutuhannya.
Dalam proses
belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang lebih efektif, karena
motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari
luar (ekstrinsik).
Menurut Arden N.
Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar
antara lain adalah:
1. Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih luas. Adanya sifat positif dan kreatif yang
ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
2. Adanya
keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting, misalkan orangtua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebagainya;
3. Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan
lain-lain.
4. Motivasi
ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untuk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata
tertib, reladan guru orangtua, dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari
lingkungan secara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi
lemah.
c. Minat
Secara
sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat
bukanlah istilah yang populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,
keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun lepas
dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak
memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau
belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dipelajarinya.
Untuk membangkitkan
minat belajar siswa tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Antara lain,
pertama, dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan
siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar
siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun
performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau
bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi
dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d.
Perhatian
Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju
kepada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek (Slameto, 1991:58). Untuk dapat
menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek
yang dapat menarik perhatian siswa, bila tidak, maka perhatian siswa tidak akan
terarah atau fokus pada obyek yang sedang dipelajari.
Tentulah dapat diterima bahwa subjek didik yang memberikan perhatian
intensif dalam belajar akan memetik hasil yang lebih baik. Perhatian intensif
ditandai oleh besarnya kesadaran yang menyertai aktivitas belajar. Perhatian
intensif subjek didik ini dapat dieksloatasi sedemikian rupa melalui strategi
pembelajaran tertentu, seperti menyediakan material pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan subjek didik, menyajikan material pembelajaran dengan
teknik-teknik yang bervariasi dan kreatif, seperti bermain peran (role
playing), debat dan sebagainya.
Strategi pembelajaran seperti ini juga dapat memancing perhatian yang
spontan dari subjek didik. Perhatian yang spontan dimaksudkan adalah perhatian
yang tidak disengaja, alamiah, yang muncul dari dorongan-dorongan untuk
mengetahui sesuatu, seperti kecendrungan untuk mengetahui apa yang terjadi di
balik keributan di samping rumah, dan lain-lain. Beberapa hasil penelitian
psikologi menunjukkan bahwa perhatian spontan cendrung menghasilkan ingatan
yang lebih lama dan intensif dari pada perhatian yang disengaja.
e.
Sikap
Dalam proses
belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak
senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.
Dan untuk
mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya
berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap
profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha
memberikan yang terbaik bagi siswanya;berusaha mengembangkan kepribadian
sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha
untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga
membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang
dan tidak menjemukan; meyakinkan
siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa.
f.
Bakat
Faktor psikologis lain yang
memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude)
didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang
dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan
seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar
seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang
dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga
kernungkinan besar ia akan berhasil.
Pada
dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa
tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat
tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat di bidang bahasa akan
lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa lain selain bahasanya sendiri.
g. Kognitif dan Daya Nalar
Pembahasan mengenai hal ini meliputi tiga hal, yakni persepsi, mengingat
dan berpikir.Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul
dalam lingkungannya.Penginderaan itu di pengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan,
dan kebutuhan. Kemampuan mempersepsi antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain tidak sama meskipun mereka sama-sama dari sekolah yang sama, bahkan kelas
yang sama, ini di tentukan oleh pengetahuan dan pengalaman pelajar itu sendiri.
Karena pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya benaknya dengan
perbendaharaan untuk memperkuat daya persepsinya.Semakin sering ia melibatkan
diri dalam berbagai aktifitas, akan semakin kuat daya persepsinya.
Mengingat adalah suatu aktifitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa
pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang
diperoleh melalui pengalamannya di masa lampau.Terdapat dua bentuk mengingat
yang menarik untuk di perhatikan, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan
mengingat kembali (reproduksi).
Pertama, dalam mengenal kembali (rekognisi), orang berhadapan dengan suatu
objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek itu pernah di jumpai di masa
lampau. Misalnya orang mencari film cerita dalam bentuk video compact disk
(VCD) di sebuah rental, pada saat dia
mencoba salah satunya, dia ingat bahwa dia pernah menontonnya di televisi, maka
ia tidak jadi menyewa. Di sini, ternyata aktivitas mengingat terikat pada
kontak kembali antara pengalamannya dengan objek; seandainya tidak ada kontak
berarti tidak terjadi mengingat. Dalam mengenal kembali, pada tataran mental
seseorang akan muncul tanggapan-tanggapan dan penilaian baru terhadap objek
bersangkutan. Tanggapan dan penilaian baru, ini
adakalanya memperkuat tanggapan dan penilaian lamanya di saat pertama ia
berjumpa dengan objek di masa lampau, dan ada kalanya berbeda dengan tanggapan
terdahulunya. Kedua, dalam mengingat kembali (reproduksi), dihadirkan suatu
kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu tanggapan atau gagasan seperti telah
dicontohkan di atas (siswa yang berdamawisata).
Berpikir oleh Jalaludin Rakhmat (1985:86) dibagi dua macam, yakni berpikir
autistik (autistic) dan berpikir realistik (realistic). Yang pertama mungkin
lebih tepat disebut melamun; fantasi, menghayal, wishful thinking, adalah
contoh-contohnya. Berpikir realistik, di sebut juga nalar (reasoning), ialah berpikir dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Dalam kebanyakan usaha pemanfaatan
media pembelajaran yang yang dilakukan guru adalah berusaha untuk membawa para
siswanya kepada pemahaman yang realistis.
Dengan demikian, pemanfaatan media dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan daya nalar siswa.
Istilah penalaran sebagai terjemahan dari bahasa inggris reasoning menurut
kamus The Random House Dictionary
berarti the act of process of a person
who reasons (kegiatan atau proses menalar yang dilakukan oleh seseorang).
Sedangkan reason berarti the mental
powers concerned with forming conclusions, judgements of inferences
(kekuatan mental yang berkaitan dengan pembentukan kesimpulan dan penilaian).
Jadi, yang membedakan pelajar dengan orang yang bukan pelajar, mahasiswa dengan
pemuda bukan mahasiswa adalah faktor penalarannya; dan yang membedakan pelajar
dengan pelajar lainnya, mahasiswa dengan mahasiswa lainnya adalah kadar
kekuatan penalarannya atau daya nalarnya. Ini ditentukan oleh individual power
of reason (daya nalar individual) yang merupakan dasar yang paling menentukan
dari kemampuan berpikir analitis dan sistesis.
C.MANFAAT
ILMU DALAM KEHIDUPAN
Manfaat ilmu
bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang, dari
waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan manusia
pun menjadi lebih dinamis dan berwarna. Dengan ilmu, manusia senantiasa: (1).
mencari tahu dan menelaah bagaimana cara hidup yang lebih baik dari sebelumnya,
(2). menemukan sesuatu untuk menjawab setiap keingintahuannya, (3).
menggunakan penemuan-penemuan untuk membantu dalam menjalani aktivitas
sehari-hari. Manusia pun menjadi lebih aktif mengfungsikan akal untuk
senantiasa mengembangkan ilmu yang diperoleh dan yang dipelajarinya. Selain itu
berkat ilmu, manusia: (1). menjadi tahu sesuatu dari yang sebelumnya tidak
tahu, (2). dapat melakukan banyak hal di berbagai aspek kehidupan, (3). menjalani
kehidupan dengan nyaman dan aman.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya.
B.
SARAN
Maka tidak dapat dipungkiri bahwa perjalanan hidup
yang ditempuh manusia dalam kesehariannya penuh dengan ujian dan evaluasi Allah
terhadap manusia semuanya diukur dan diberi penilaian sehingga dapat diketahui
amal perbuatan siapa saja yang lebih balik atau berkualitas tinggi, atau
pergaulan yang penuh dengan ujian dan penilaiannya. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Jawwad Ridla, al-fikr al-tarbawy al-islamiyu muqaddimat
fi
ushulih, Banteng : PT Tiara Wacana, 2002
Adnan Munthoha, Kamus Lengkap 3 Bahasa, Surabaya : GALI
ILMU, 2013
Abd
al-Qadir, Kamus Bahasa Arab, Tangerang :Lentera Hati, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar