Rabu, 25 Desember 2019

PENGERTIAN TAZKIYAH DAN TA’DIB MENURUT TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-JUMUAH AYAT 2 DAN SURAH AL-QALAM AYAT 4


PENGERTIAN TAZKIYAH DAN TA’DIB MENURUT TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-JUMUAH AYAT 2 DAN SURAH AL-QALAM AYAT 4
1.      Pengertian Tazkiyah dari Surah Al-Jumuah ayat 2
a.      Tafsir ayat
 هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (2)
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah).
Ayat ini merupakan bukti dikabulkannya permohonan Nabi Ibrahim as. ketika dia mendoakan penduduk Mekkah agar Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan dan mengajarkan mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Kemudian Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka, setelah sekian lama Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka kepada penduduk bumi, baik kepada orang Arab maupun non-Arab, kecuali beberapa orang dari Ahllu Kitab yang masih berpegang teguh pada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam. Oleh sebab itulah Allah berfirman dalam al- Qur’an surah Al-Jumuah ayat 2.
Yang demikian itu karena orang-orang Arab terdahulu berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, namun mereka mengganti, merubah, dan memutar balikkan, menyimpangkan darinya, serta menukarkan tauhid dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan. Mereka membuat perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah SWT sebagaiman yang telah dilakukan oleh ahlu kitab yang mengganti, menyelewengkan, dan merubah kitab-kitab mereka dan menakwilkannya. Kemudian Allah mengutus Muhammad dengan membawa syari’at yang agung, lengkap lagi mencakup kebutuhan makhluk. Didalamnya terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka butuhkan, baik yang menyangkutkehiduan dunia maupun kehidupan akhirat mereka, sekaligus mengajak mereka pada amalan yang mendekatkan mereka kepada surga dan keridhaan Allah SWT serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka kepada neraka dan kemurkaan Allah.


b.      Pengertian tazkiyah
Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang maknanya sama dengan tathir yang berasal dari kata thahhara-yuthahhiru-tathir(ah) yang berarti pembersihan, penyucian, atau pemurnian. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa At-Tazkiyah adalah menjadikan sesuatu menjadi suci baik zatnya, maupun keyakinan dan fisiknya.
c.       Kesimpulan
Dari tafsir surah Al-Jumuah ayat 2 tersebut dapat disimpulkan definisi tazkiyah yaitu seorang anak atau pelajar yang sedang dalam proses menuntut ilmu diharuskan menyucikan jiwanya, fisiknya, serta tindakannya dari kemaksiatan, sehingga ilmu yang dipelajarinya akan mudah diserap dan dipahami serta bisa menjadi ilmu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

2.      Pengertian Ta’dib dari Surah Al-Qalam ayat 4
a.      Tafsir ayat
ن وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ (1) مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ (2) وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ (3) وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4) فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ (5) بِأَيِّكُمُ الْمَفْتُونُ (6) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (7)
Nun, demi qalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Maka kelak kamu akan melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu yang gila. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Firman Allah Swt.:
{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya engkau Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Ibnu Zaid.
Menurut Atiyyah, disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung. Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanyakepada Aisyah r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:
كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.
Yakni sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Makna yang dimaksud dari kesemuanya ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah seorang yang mengamalkan Al-Qur'an; mengamalkan perintahnya dan manjauhi larangannya, yang hal ini telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan pembawaannya serta sebagai akhlak yang telah terpatri dalam sepak terjang beliau Saw. Maka apa pun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, beliau pasti mengerjakannya; dan apa pun yang dilarang oleh Al-Qur'an, beliau pasti meninggalkannya. Hal ini di samping watak yang dibekalkan oleh Allah dalam diri beliau berupa akhlak yang besar seperti sifat pemalu, dermawan, berani, pemaaf, penyantun, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, dari Anas yang telah mengatakan:
“Aku menjadi pelayan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum pernah membentakku dengan kata, "Husy!" Dan belum pernah mengatakan terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa engkau melakukannya?" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau Saw. adalah seorang yang paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah memegang kain sutra, baik yang tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah Saw. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak pula wewangian lainnya yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah Saw.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang telah mengatakan: Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Dan tidak pernah beliau disuruh memilih di antara dua perkara melainkan memilih yang paling disukai dan paling ringan di antara keduanya terkecuali bila (yang ringan itu) berupa dosa. Maka jika hal itu berupa dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Dan beliau tidak pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya, melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan pembalasan dan itu hanyalah karena Allah Swt.
b.      Pengertian ta’dib
Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai proses mendidik yang difokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti pelajar.
Menurut Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikan rupa, sehinggga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.
c.       Kesimpulan
Dari tafsir surah Al-Qalam ayat 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi dari ta’dib yaitu seorang pelajar selain menguasai ilmu kognitif dan keterampilannya, juga harus menguasai ilmu akhlak/adab tingkah lakunya sebagaimana misi utama diutusnya Rasulullah yaitu untuk memperbaiki akhlak manusia. Oleh karena itu, wajib bagi seorang pelajar untuk memiliki akhlak yang baik sebagaaimana akhlak Rasulullah yaitu Al-Qur’an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar