ILMU
DALAM KEHIDUPAN
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
QIRAATUL KUTUB
TARBAWI yang dibina oleh bapak Azhar Amrullah Hafizh, Lc, M.TH.I
Kelompok
7 :
M.HAKIKI
M.SYAIFUR
ROHIM MAKKI
M.ANASRULLAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
JURUSAN
TARBIYAH
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEPTEMBER
2016
Kata
Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Dia-lah yang telah menganugerahkan Al-Quran
sebagai hudan li al-nas (petunjuk bagi seluruh umat manusia)
dan rahmat li al-‘alamin (rahmat bagi segenap alam). Dia-lah
yang Maha Mengetahui makna dan maksud kandungan Al-Quran. Shalawat dan salam
semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, utusan dan manusia pilihan-Nya.
Dia-lah sebagai penyampai, pengamat, dan penafsir pertama Al-Quran.
Dengan pertolongan dan hidayah-Nya-lah, penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Adapun makalah yang penulis susun ini berjudul Makalah ini sengaja
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah QIRAATUL
KUTUB TARBAWI jurusan tarbiyah ajaran tahun
2016-2017, sebagai bahan kuliah dan diskusi perkuliahan.
Pamekasan, 05 Juli 2017
Penulis
Kelompok 7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam diturunkan sebagai
rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk
memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia
pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu
dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga
akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan
akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan
justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah.
Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu
pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau
akhirat.
Maka dari itu, dalam makalah
ini kami akan membahas tentang keutamaan menuntut ilmu dengan tujuan agar
kita tidak tersesat di dunia maupun di akherat kelak.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Pengertian Ilmu dalam kehidupan?
2.
Apa pentingnya ilmu dalam kehidupan?
3.
Apa saja Godaan Orang yang Berilmu?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk Mengetahui Definisi Ilmu Dalam
Kehidupan.
2.
Untuk Mengetahui Urgensi Ilmu Dalam
Kehidupan.
3.
Untuk Mengetahui Godaan Orang Yang Berilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian
Ilmu Dalam Kehidupan
Manusia yang lahir tidak langsung
dapat hidup mandiri. Ada beberapa proses yang harus dilalui. Diantaranya,
belajar berbicara, berjalan, berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya.
Dengan akal, manusia bisa membedakan hal yang baik dan yang burruk. Maka akal
perlu di didik dalam pendidikan. Agar kemampuan akal yang luar biasa dapat
dikendalikan dengan baik dalam rambu-rambu kehidupan.
Berilmu atau mempunyai ilmu
pengetahuan berarti orang yang mempunyai ilmu. Dalam kehidupan orang jawa
dikatakan sebagai orang yang alim. Artinya orang yang lebih tahu. Orang yang
berilmu di ibaratkan seperti pohon padi. Semakin berisi, semakin merunduk.
Dengan ilmu, kita tidak boleh menyombongkan diri. Tetapi menyadari bahwa ilmu
yang kita dapatkan adalah sedikit dari ilmu yang telah diberikan allah. Dan
hanya allah yang menjadi Shohibul Ilmi, yang mempunyai ilmu laksana banyaknya
air dilautan atau banyaknya pasir di pantai. Tidak ada orang yang bisa
menghitungnya. Dan ilmu yang dimiliki dimanfaatkan untu kepentingan agama,
nusa, dan bangsa.
- Pentingnya Ilmu Dalam Kehidupan
Apabila
kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan,
untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari
kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik
dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Islam mewajibkan kita menuntut
ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna untuk menuntut kita dalam
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-tiap muslim
jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam
batas-batas yang diridhai Allah swt.
Seperti terdapat dalam hadits
yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu :
Artinya : Muawiyah RA berkata,
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah sebagai penyebar
kebaikan, Allah pasti memahamkan kepadanya urusan agama ini.” (Muttafaq’alaih)
Dalam hadits ini dijelaskan
bahwa Allah menghendaki kepada siapapun sebagai penyebar kebaikan (ilmu) dan
Allah akan memberikan pemahaman (ilmu) kepada orang yang menyebarkan ilmu
agamaNya. Maka marilah kita bersungguh-sungguh dalam menyebarkan kebaikan
(ilmu), karena dengan ilmu yang kita amalkan maka kita akan mendapatkan
tambahan pemahaman ilmu. Karena ilmu adalah merupakan bekal hidup kita untuk
mencapai kehidupan fiddunyawa akhiroh.
Keutamaan Ilmu Pengetahuan
Islam mewajibkan pemeluknya
agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala
kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan
menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang
berhubungan dengan ‘aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan soal-soal
keduniaan dan segala kebutuhan hidup. Dalam hadit dijelaskan
bahwa menuntut ilmu dengan niatnya untuk mencari ridho Allah SWT.
Artinya : Abu Hurairah ra.
Berkata, Rasulullah saw bersabda, “barangsiapa belajar ilmu karena Allah, namun
ia tidak mempelajarinya melainkan hanya untuk mendapatkan bagian dari dunia,
maka ia tidak akan mendapatkan aroma surga di hari kiamat kelak (HR. Abu Dawud
dengan sanad shahih)
Jika kita menuntut ilmu dengan
ridho Allah, akan tetapi ilmu tersebut tidak dipelajari, tidak diamalkan namun
hanya untuk tujuan mencari kesenangan duniawi (nikmat dunia), maka Allah tidak
akan memberikan surga, bahkan harumnya surgapun tidak akan tercium. Maka
marilah kita menuntut ilmu karena allah, dan kita pelajari ilmu yang kita
peroleh karena Allah sebagai bekal hidup kita di dunia dan di akherat.
Dari hadits diatas, terdapat hikmah yang dapat kita ambil, yaitu:
Kewajiban untuk ikhlas dalam
mencari ilmu dan dengan niat hanya untuk mencari ridha Allah.
Barangsiapa yang mencari ilmu
karena Allah kemudian ia mendapatkan keuntungan duniawi, maka diperbolehkan
untuk mengambilnya dan tidak berdosa.
Oleh karena itu, ilmu-ilmu
seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa ‘arab, ilmu sains seperti
perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam
ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu
kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu
berkaitan tarekat ia adalah sunat dipelajari tetapi perlu difahami bahwa yg
paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu ‘ain terlebih dahulu.
Tidak mempelajari ilmu fardhu
‘ain adalah suatu dosa kerana ia adalah perkara yg wajib bagi kita untuk
dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi dosa jika tidak
dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakkan. Ilmu yang
diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara’. Hukum wajibnya perintah
menuntut ilmu itu adakalanya wajib ‘ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu
yang wajib kifayah hukum mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi
pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist dan sebagainya.
Ilmu yang wajib ‘ain dipelajari
oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui untuk meluruskan ‘aqidah yang wajib
dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan
haji.
Anjuran untuk belajar ilmu
serta mengajarkannya agar dapat mendekatkan diri kepada Allah agar terhindar
dari jauhnya rahmat Allah, terdapat dalam hadits di bawah ini :
Artinya : Abu Hurairah ra
berkara, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “ Dunia ini terlaknat apa
yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, taat kepada Nya, dan orang
yang berilmu serta yang mencari ilmu’’ (HR Tirmidzi: ia berkata, “hadits ini
hasan)
Dunia seisinya akan terlaknat
(celaka) kecuali jika kita dapat menyelamatkan dengan jalan (cara) mendekatkan
diri kepada Allah (bedzikir kepada Allah, bertaqwa (taat kepada Allah), dan
orang yang berilmu). Hadits di atas dpat diambil pelajaran bahwa:
Anjuran untuk belajar ilmu
serta mengajarkannya agar mendekatkan diri kepada Allah dan terhindar dari
jauhnya Allah
Dunia memang hina. Tetapi
menuntut ilmu yang berkaitan dengan urusan duniawi bukan kehinaan jika niatnya
betul-betul untuk kebaikan umat manusia.
Terdapat lima keutamaan orang
menuntut ilmu, yaitu: (1) mendapat kemudahan untuk menuju sorga, (2) disenangi
oleh para malaikat, (3) dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain, (4)
lebih utama daripada ahli ibadah, dan (5) menjadi pewaris Nabi.
Yang dimaksud dengan dimudahkan
Allah baginya jalan menuju sorga adalah ilmunya itu akan memberikan kemudahan
kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat menyebabkannya masuk
sorga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus
dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami hal-hal
yang dapat merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya membuat ia dapat
membedakan yang halal dari yang haram. Dengan demikian, orang yang memiliki ilmu
pengetahuan itu tidak merasa kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat
membawanya ke dalam sorga.
Malaikat menghamparkan
sayapnya karena senang kepada orang yang mencari ilmu. Malaikat telah
mengetahui bahwa Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika mereka
disuruh hormat kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada
malaikat. Oleh sebab itu, para malaikat merasa senang kepada orang-orang
yang berilmu karena mereka dimuliakan oleh Allah.
Orang yang menuntut ilmu
dimintakan ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. Ini merupakan ungkapan
yang menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW. kepada para pencari ilmu. Ilmu itu
sangat bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia. Dengan
ilmu pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan indah.
Penjagaan dan pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan.
Jadi, orang yang memiliki ilmu dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta
merupakan orang mulia yang pantas didoakan oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih
utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya diumpamakan oleh Rasulullah SAW.
bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari bintang. Keutamaan bulan malam
purnama yang jelas dari bintang-bintang adalah dalam hal fungsi menerangi.
Bulan itu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula menerangi yang
lain. Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya sendiri.
Sifat seperti itu terdapat pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli
ibadah. Orang yang berilmu pengetahuan dapat menerangi dirinya sendiri dengan
petunjuk dan dapat pula menerangi orang lain dengan pengajarannya. Dengan kata
lain, orang ‘alim itu memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat pula
bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan
sebagai pewaris Nabi. Ini merupakan penghormatan yang sangat tinggi. Warisan
Nabi itu bukan harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu
berarti berusaha untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta,
untuk mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa
saja yang berminat dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar
umatnya mewarisi ilmu itu sebanyak-banyaknya.
Artinya : Abu Hurairah ra
berkata, Rasulullah saw bersabda: jika anak Adam telah mati, maka terputuslah
semua amalnya melainkan tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
dan anak shalih yang mendoakannya. (HR Muslim).
Jika keturunan anak adam telah
mati (dunia telah berakhir) maka akan terputuslah semua amalan manusia,
terkecuali ada 3 hal yang akan tetap mengalir, yaitu :
Shadaqah jariyah (contoh: wakaf
tanah untuk masjid dan masjid tersebut masih aktif (subur jamaahnya).
Ilmu yang bermanfaat (seseorang
yang menuntut ilmu dan ilmu itu diajarkan atau ditularkan, diamalkan kepada
orang lain. Contoh: ada seorang santri belajar al qur’an kepada guru, setelah
mendapatkan ilmu dan santri tersebut mampu kemudian iapun mengamalkan ilmunya tadi
kepada orang lain.
Anak shalih yang mendoakan nya
(anak yang selalu mendoakan orangtuanya walaupun sudah tidak ada ).
Kewajiban umat islam terhadap
ilmu pengetahuan seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah bahwa Rasulullah
SAW. mendidik umatnya untuk menjadi ‘alîm, (jamaknya ‘ulamâ’) dengan pendekatan
fusngsional. Pendekatan ini merupakan upaya memberikan materi pembelajaran
dengan menekankan kepada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran dan bimbingan untuk mendapatkan ilmu diharapkan
berguna bagi kehidupan seseorang, baik dalam kehidupan individu maupun dalam
kehidupan sosial.
Mengingat pentingnya ilmu
pengetahuan, setelah dipelajari, ia harus diajarkan kepada orang lain.
Rasulullah saw. mengkhawatirkan bila beliau telah wafat dan orang-orang tidak
peduli dengan ilmu pengetahuan, tidak ada lagi orang yang mengerti dengan agama
sehingga orang akan kebingungan.[1]
مَنْ
اَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ الْاَخِرَةِ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ وَمَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ (رواه البخارى (
“Barangsiapa yang berharap akan
(kebahagiaan) dunia, hendaknya (diraih) dengan ilmu. Barangsiapa berharap
kebahagiaan akhirat hendaknya diraih dengan ilmu, dan barangsiapa berharap
kebahagiaan dari keduanya, hendaknya juga diraih dengan ilmu”(H.R. Bukhari).
- Godaan Orang Yang Berilmu
Jangan
disangka bahwa seseorang yang berilmu sudah otmatis terlindungi dari kebodohan
dan terlepas dari godaan. Meskipun orang berilmu berada di tingkatan yang lebih
tinggi daripada makhluk-makhluk lain, ia juga tetap menghadapi godaan yang
tidak kalah besar. Bahkan godaan orang yang berilmu jauh lebih besar
dibandingkan godaan orang-orang selainnya. Begitu pula dalam akibatnya, bila ia
berhasil maka jadilah ia orang yang paling takut [dekat] di sisi
Allah.“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah
ulama.
” [QS. Al-Fathir: 28]. Dan
sebaliknya, ketika ia gagal dalam menghadapi godaan, maka ia hanya menjadi
penyebab kerusakan di muka bumi. Dia jugalah yang disinyalir oleh Rasulullah
SAW sebagai manusia selain Dajjal lebih ditakuti –karena sangat halus geraknya–
dari pada Dajjal itu sendiri. Rasul SAW ditanya, “Siapakah mereka wahai
Rasulallah?” “Mereka adalah ulama-ulama yang jahat (‘ulama’
al-su’i).” (Muslim: 5/145).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seorang
yang berilmu dapat berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan baik. Hendaknya
ia melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya sendiri baik dalam urusan
dunia maupun akhirat. Orang berilmu juga memiliki rasa tanggung jawab diri
kepada Tuhannya, karena dia merasa bahwa dia hanya seoranga hamba, orang yang
berilmu juga mampu berperilaku dan bergaul terhadap sesame manusia dengan baik,
seorang yang berilmu juga sangat antusias dalam memperjuangkan dan membela
agamanya.
Allah SWT
pun memberikan Kemuliaan kepada Orang yang Berilmu yaitu : Derajat Tinggi Di
Sisi Allah SWT, Rasa Takut Pada Allah SWT, Lebih Mulia Daripada
Malaikat, Keberadaannya Seperti Cahaya,Masuk Golongan Orang Yang
Baik,Mudah Menuju Surga.
B. SARAN
1.
Dengan
tersusunnya makalah kali ini penulis berharap agar para pembaca dapat
mengetahui pentingnya ilmu dalam kehidupan. Dan apabila
terdapat kesalahan baik berupa sistematika penulisan atau literature yang
digunakan oleh penulis, maka penulis berharap untuk di koreksi ulang dan
memberitahukan kepada menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Nawawi,
Imam, Riyadhus salihin, Jakarta: Pustaka Amin, 1999.
Bakkar, Abdul
Karim, Haula At-Tarbiyah wa At-Ta’lim, Damaskus: Dar Al-Qolam, 2011.
Yusran,
Asmuni, Dirasah Islamiyah 1, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar