PENGERTIAN TAZKIYAH DAN TA’DIB MENURUT
TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-JUMUAH AYAT 2 DAN SURAH AL-QALAM AYAT 4
1.
Pengertian Tazkiyah dari Surah Al-Jumuah ayat 2
a.
Tafsir ayat
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا
مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ
الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (2)
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta
huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan aya-ayat-Nya kepada
mereka, menyucikan
mereka,
dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As-Sunnah).
Ayat ini merupakan bukti dikabulkannya
permohonan Nabi Ibrahim as. ketika dia mendoakan penduduk Mekkah agar Allah
mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri yang dapat membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan dan mengajarkan mereka al-Kitab dan
al-Hikmah. Kemudian Allah mengutus Rasul-Nya kepada mereka, setelah sekian lama
Rasul tidak muncul dan tidak adanya bimbingan yang lurus, padahal kebutuhan
terhadapnya begitu mendesak. Dan Allah telah murka kepada penduduk bumi, baik
kepada orang Arab maupun non-Arab, kecuali beberapa orang dari Ahllu Kitab yang
masih berpegang teguh pada apa yang dibawa oleh Isa putra Maryam. Oleh sebab
itulah Allah berfirman dalam al- Qur’an surah Al-Jumuah ayat 2.
Yang demikian itu karena orang-orang Arab
terdahulu berpegang teguh pada agama Nabi Ibrahim, namun mereka mengganti,
merubah, dan memutar balikkan, menyimpangkan darinya, serta menukarkan tauhid
dengan syirik, dan merubah keyakinan dengan keraguan. Mereka membuat
perkara-perkara baru yang tidak diizinkan oleh Allah SWT sebagaiman yang telah
dilakukan oleh ahlu kitab yang mengganti, menyelewengkan, dan merubah
kitab-kitab mereka dan menakwilkannya. Kemudian Allah mengutus Muhammad dengan
membawa syari’at yang agung, lengkap lagi mencakup kebutuhan makhluk.
Didalamnya terdapat petunjuk dan penjelasan segala sesuatu yang mereka
butuhkan, baik yang menyangkutkehiduan dunia maupun kehidupan akhirat mereka,
sekaligus mengajak mereka pada amalan yang mendekatkan mereka kepada surga dan
keridhaan Allah SWT serta menjauhi segala sesuatu yang mendekatkan mereka
kepada neraka dan kemurkaan Allah.
b.
Pengertian tazkiyah
Tazkiyah berasal dari kata zakka-yuzzaki-tazkiyah yang maknanya
sama dengan tathir yang berasal dari kata thahhara-yuthahhiru-tathir(ah) yang
berarti pembersihan, penyucian, atau pemurnian. Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa
At-Tazkiyah adalah menjadikan sesuatu menjadi suci baik zatnya, maupun
keyakinan dan fisiknya.
c.
Kesimpulan
Dari
tafsir surah Al-Jumuah ayat 2 tersebut dapat disimpulkan definisi tazkiyah
yaitu seorang anak atau pelajar yang sedang dalam proses menuntut ilmu
diharuskan menyucikan jiwanya, fisiknya, serta tindakannya dari kemaksiatan,
sehingga ilmu yang dipelajarinya akan mudah diserap dan dipahami serta bisa
menjadi ilmu yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
2.
Pengertian Ta’dib dari Surah Al-Qalam ayat 4
a.
Tafsir ayat
ن وَالْقَلَمِ وَمَا
يَسْطُرُونَ (1) مَا أَنْتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ (2) وَإِنَّ لَكَ
لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ (3) وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ (4) فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ (5) بِأَيِّكُمُ الْمَفْتُونُ
(6) إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِالْمُهْتَدِينَ (7)
Nun, demi
qalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Tuhanmu, kamu (Muhammad)
sekali-kali bukan orang gila. Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala
yang besar yang tidak putus-putusnya. Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. Maka kelak kamu akan
melihat dan mereka (orang-orang kafir) pun akan melihat, siapa di antara kamu
yang gila. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat
dari jalan-Nya; dan Dialah Yang Paling Mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.
Firman Allah
Swt.:
{وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ}
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya engkau
Muhammad, berada dalam agama yang hebat, yaitu agam Islam.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Abu Malik, As-Saddi, dan
Ar-Rabi' ibnu Anas. Hal yang sama dikatakan pula oleh Ad-Dahhak dan Ibnu Zaid.
Menurut Atiyyah, disebutkan benar-benar berbudi pekerti yang agung.
Ma'mar telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa ia pernah bertanyakepada Aisyah
r.a. tentang akhlak Rasulullah Saw. Maka Aisyah menjawab:
كَانَ
خُلُقُهُ الْقُرْآنَ
Akhlak
beliau adalah Al-Qur’an.
Yakni
sebagaimana yang terdapat di dalam Al-Qur'an.
Makna yang dimaksud dari kesemuanya ini menunjukkan bahwa Rasulullah Saw.
adalah seorang yang mengamalkan Al-Qur'an; mengamalkan perintahnya dan manjauhi
larangannya, yang hal ini telah tertanam dalam diri beliau sebagai watak dan
pembawaannya serta sebagai akhlak yang telah terpatri dalam sepak terjang
beliau Saw. Maka apa pun yang diperintahkan oleh Al-Qur'an, beliau pasti
mengerjakannya; dan apa pun yang dilarang oleh Al-Qur'an, beliau pasti
meninggalkannya. Hal ini di samping watak yang dibekalkan oleh Allah dalam diri
beliau berupa akhlak yang besar seperti sifat pemalu, dermawan, berani, pemaaf,
penyantun, dan semua akhlak yang terpuji. Sebagaimana yang disebutkan di dalam
kitab Sahihain, dari Anas yang telah mengatakan:
“Aku menjadi
pelayan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun, dan beliau sama sekali belum
pernah membentakku dengan kata, "Husy!" Dan belum pernah mengatakan
terhadapku tentang sesuatu yang seharusnya tidak kulakukan, "Mengapa
engkau melakukannya?" Dan tidak pula terhadap sesuatu yang seharusnya
kulakukan, "Mengapa tidak engkau lakukan?” Beliau Saw. adalah seorang yang
paling baik akhlaknya, dan aku belum pernah memegang kain sutra, baik yang
tebal maupun yang tipis dan tidak pula sesuatu yang lebih lembut dari telapak
tangan Rasulullah Saw. Dan aku belum pernah mencium minyak kesturi dan tidak
pula wewangian lainnya yang lebih harum daripada bau keringat Rasulullah Saw.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah
menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Urwah, dari Aisyah yang
telah mengatakan: Rasulullah Saw. sama sekali belum pernah memukulkan tangannya
kepada seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari
istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun
kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Dan tidak pernah beliau disuruh
memilih di antara dua perkara melainkan memilih yang paling disukai dan paling
ringan di antara keduanya terkecuali bila (yang ringan itu) berupa dosa. Maka
jika hal itu berupa dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhinya. Dan
beliau tidak pernah melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada
dirinya, melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru
melakukan pembalasan dan itu hanyalah karena Allah Swt.
b.
Pengertian ta’dib
Ta’dib
merupakan bentuk masdar dari kata addaba-yuaddibu-ta’diban, yang berarti
mengajarkan sopan santun. Sedangkan menurut istilah ta’dib diartikan sebagai
proses mendidik yang difokuskan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau
budi pekerti pelajar.
Menurut
Sayed Muhammad An-Nuquib Al-Attas, kata ta’dib adalah pengenalan dan pengakuan
yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat
yang tepat dari segala sesuatu dalam tatanan penciptaan sedemikan rupa,
sehinggga membimbing kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan
Tuhan dalam tatanan wujud keberadaan-Nya.
c.
Kesimpulan
Dari
tafsir surah Al-Qalam ayat 4 tersebut dapat disimpulkan bahwa definisi dari
ta’dib yaitu seorang pelajar selain menguasai ilmu kognitif dan
keterampilannya, juga harus menguasai ilmu akhlak/adab tingkah lakunya
sebagaimana misi utama diutusnya Rasulullah yaitu untuk memperbaiki akhlak
manusia. Oleh karena itu, wajib bagi seorang pelajar untuk memiliki akhlak yang
baik sebagaaimana akhlak Rasulullah yaitu Al-Qur’an.