Jumat, 29 November 2019

PENGERTIAN, OBJEK KAJIAN, DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU AKHLAK


Pengertian-objek-kajian-dan-manfaat-mempelajari-ilmu-akhlak
Pengertian, Objek Kajian, dan Manfaat
Mempelajari Ilmu Akhlak

KATA PENGANTAR

                  Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan kekuatan lahir batin sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
                  Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing serta memberi arahan kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung kami.
                  Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah pemahaman serta wawasan kita tentang  pembagian hadits dari segi kualitasnya meliputi hadits shahih, hasan, dan syaratnya.
                  Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kepada semua pembaca dan pakar dimohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
                  Kepada semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik demi sempurnanya makalah ini, kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
                  Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin



Pamekasan, 29 Agustus 2016


     Penyusun      


DAFTAR ISI

KATA PENGANNTAR.............................................................................        i
DAFTAR ISI...............................................................................................        ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................        1
A.    Latar Belakang.................................................................................        1
B.     Rumusan Masalah............................................................................        1
C.     Tujuan Penulisan..............................................................................        1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................        2
A.    Pengertian Ilmu Akhlak...................................................................        2
B.     Objek Kajian Ilmu Akhlak...............................................................        5
C.     Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak..................................................        7
BAB III PENUTUP....................................................................................        10
A.    Kesimpulan......................................................................................        10
B.     Saran................................................................................................        11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................        12
















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tidaklah berlebihan bila misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak  manusia. Sejarah pun mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-Qur’an.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta agar  akhlak dan keluhuran  budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam kehidupan di berbagai bidang. Mereka yang mematuhi permintaan ini dijamin keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.
Bertitik tolak dari hal tersebut maka kami tertarik untuk membahas masalah pengertian ilmu akhlak, objek kajian, dan manfaat mempelajari ilmu akhlak. Mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman kita tentang ilmu akhlak.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan ilmu akhlak?
2.      Apa saja objek kajian dalam ilmu akhlak?
3.      Apa saja manfaat mempelajari ilmu akhlak?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk memenuhi tugas dari dosen.
2.      Untuk menjelaskan tentang pengertian ilmu akhlak.
3.      Untuk menjelaskan tentang objek kajian ilmu akhlak.
4.      Untuk menjelaskan tentang apa saja manfaat mempelajari ilmu akhlak.





BAB I
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Akhlak
Sebelum membahas ilmu, maka penting untuk diketahui apa itu akhlak. Akhlak berasal dari Bahasa Arab, isim masdar dari kata akhlaka, yukhliqu, ikhlaqan yang berarti perangai (sajiyah, al tahabi’ah) yang berarti prilaku, tabi’at, watak dasar.
Sebenarnya sebagai kata mufrad sebagaimana diatas, kata akhlak yang diambil dari kata masdar dari kata akhlaka, yukhliqu. Kata masdar dari kata-kata itu adalah ikhlaqan. Berdasarkan hal diatas, maka kata akhlak bukanlah isim masdar, tapi isim jamid atau ghairu musytaq, yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata.
Kata akhlak adalah jama’ dari kata khuluqun. Kata khuluqun inilah yang dipakai dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Penggunaan kata khuluq dapat dijumpai dalam al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4 : “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang baik”. Ayat al-Qur’an ini menggunakan akhlak dalam arti  budi pekerti/perangai.
Demikian juga kata khuluq dijumpai dalam al-Qur’an surat al-Su’ara’ ayat 127 : “(Agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan yang dahulu”. Dalam ayat ini kata khuluq berarti kebiasaan/adat yang telah berlangsung sejak lama.
Sedangkan kata khuluq juga digunakan dalam hadits yaitu “ Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang memiliki budi pekerti yang paling baik”. Kata akhlak digunakan dalam hadits berbunyi “Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan budi pekerti yang mulia”.
Dengan demikian, kata akhlak dan khuluq sama-sama dapat diartikan dengan budi pekerti/perangai, tabiat, dan adat kebiasaan yang telah berlanngsung lama.
Sedangkan pengertian akhlak secara terminologi dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli :


1)      Menurut al Ghazali adalah :
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan berbagai jenis perbuatan dengan gampang dan mudah dengan tidak membutuhkan pertimbangan dan perenungan”.
2)      Meurut ibn Maskawih adalah :
“Sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan”.
Dari definisi berbagai pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan suatu perbuatan dengan mudah  tanpa pemikiran dan pertimbangan.
Dengan definisi-definisi diatas, maka akhlak dapat digambarkan sebagai berikut :
Pertama, akhlak adalah perbuatan yang tertancap dalam jiwa manusia secara kuat dan mendalam sehingga telah menjadi watak, karakter, dan kepribadiannya. Sehingga ketika seorang dikatakan mempunyai akhlak tertentu maka ia akan memperlihatkan sifat dan perangai yang disandangkan kepadanya. Misalnya Ahmad dikatakan memiliki kahlak yang rendah hati (tawadlu’), maka sifat itu terpencar dalam semua aktivitas kesehariannya, yaitu rendah hati kepada siapapun  yang dihadapannya dalam semua kondisi dan situasi. Demikian juga ketika si fulan dikatakan sebagai seorang yang mempunyai akhlak, perangai, dan sifat sombong, maka ia akan selalu menampilkan sifat dan perangai itu ke semua orang dalam setiap kesempatan.
Kedua, akhlak sesorang bersifat mudah untuk dikerjakan. Ciri ini menggambarkan bahwa seseorang yang memiliki akhlak tertentu maka ia dengan mudah melakukannya tanpa dipaksa dan disuruh sekalipun, karena pekerjaan itu telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Misalnya ketika seseorang disebut memiliki akhlak atau sifat dermawan, maka ia akan dapat melakukan aktivitas kedermawanannya dengan mudah tanpa kesulitan karena ia telah terbiasa melakukannya, seperti ketikaia melihat orang yang sedang kesusahan dan keterhimpitan, atau ketika ia masuk kemasjid, maka dengan mudah ia akan menyisihkan sebagian hartanya untuk dibelanjakan dijalan Allah atau untuk meringankan penderitaan yang sedang dialami orang lain.
Ketiga, bahwa akhlak adalah sifat, perangai yang ketika akan melaksanakannya tidak memerlukan pertimbangan dan pemikiran. Ini dapat dimaknai bahwa sesorang yang mempunyai akhlak tertentu, akan dapat melaksanakan tabiat, sifat secara otomatis, tanpa melalui pertimbangan panjang dan berbelit-belit. Bukan berarti tidak melalui kontrol akal/kontrol kesadaran untuk melakukannya, dengan otomatis (kalau tidak dikatakan refleks) ia dapat melakukan perilaku tersebut.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia pada dasarnya bersumber dari kekuatan batin yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu :
1)      Tabiat(pembawaan); yaitu suatu dorongan jiwa yang tidak dipengaruhi oleh lingkungan manusia, tetapi disebabkan oleh naluri(gharizah) dan factor warisan sifat-sifat dari orang tuanya atau nenek moyangnya.
2)      Akal pikiran; yaitu dorongan jiwa yang dipengaruhi oleh lingkungan manusia setelah melihat sesuatu, mendengarkanya, merasakan serta merabanya. Alat kejiwan ini hanya dapat menilai sesuatu yang lahir (yang nyata)
3)      Hati nurani; yaitu dorongan jiwa yang hanya berpengaruh oleh alat kejiwaan yang dapat menilai hal-hal yang sifatnya absrak (yang batin) karena dorongan ini mendapatkan keterangan(ilham) dari Allah swt.
Sedangkan definisi ilmu akhlak dapat dikemukakan disini adalah ilmu yang mempelajari keutamaan-keutamaan dan cara melaksanakan/mencapainya dan kekejian-kekejian dan cara mengosongkan jiwa darinya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan ilmu akhlak adalah ilmu yang mempelajari sifat/perbuatan/amalan/prilaku yang menghasilkan keutamaandan kemuliaan serta cara-cara yang harus ditempuh untuk menncapainya, disamping itu, ia juga mempelajari sifat/perbuatan/amalan/prilaku yang mengakibatkan kehinaan dan kerendahan.
Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa, ketinggian dan keluhuran akhlak  sangat menentukan derajat manusia, baik dihadapan Allah maupun dihadapan sesama manusia. Karena akhlak dapat menjadikan seseorang dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dapat menjadi tanggung jawab sebagai seorang muslim.

B.     Objek Kajian Ilmu Akhlak
Objek kajian yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dengan demikian obyek pembahasan ilmu Akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Berkaitan dengan perilaku manusia, maka  ilmu akhlak memberikan pembelajaran bagaimana manusia berperilaku dan bertindak sehingga ia dapat memperoleh perilaku dan tindakan yang sesuai dengan aturan Allah. Sedangkan berkaitan dengan sifat dan karakter, ilmu akhlak memberikan pembelajaran bagaimana menjadikan sifat dan karakter tersebut tertanam dengan kuat dijiwa seseorang. Proses pembentukan dan penanaman karakter itu dapat melalui pembiasaan latihan, dan keteladanan.
Secara garis besar akhlak dibagi menjadi tiga bagian :
1.      Akhak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah.
2.      Akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain.
3.      Akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan sekitar.
Pembahasan dan penjelasan mengenai perbuatan, prilaku, sifat, dan karakter yang harus dimiliki dan atau dihindari dinukilkan/disarikan dari ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits Rasulullah SAW.
Dengan demikian, pembahasan dalam ilmu akhlak  sebenarnya sangat luas, mengingat cakupannya yang meliputi semua gerak-gerik, prilaku, dan perbuaatan manusia dalam hubungannya dengan seluruh pihak-pihak diluar dirinya yang didasarkan kepada ajaran-aajaran al-Qur’an dan al-Hadits.
Hubungan manusia dengan Allah – sebagai Tuhannya—maka dapat di break down sebagai berikut :
1.      Keyakinan yang benar kepada Allah. Keyakinan kepada Allah adalah ajaran-ajaran di ilmu akhlak yang berkaitan dengan bagaimana seorang mempunyai keyakinan/kepercayaan yang benar sesuai dengan ajaran-ajaran al-Qur’an dan al-Hadits. Diantara ajaran-ajaran tersebut diatas adalah :
a)      Anjuran hanya bertuhan kepada Allah (tauhid) dan larangan keyakinan mempersekutukan Allah (syirik). Keyakinan akan ke-Esa-an Allah adalah keyakinan yang paling utama dalam ajaran islam, sehingga ini dapat penekanan yang sangat kuat dalam kedua sumber ajaran tersebut. Keyakinan inilah yang membedakan islam sebagai agama tauhid (monotheisme) dengan agama diluar islam.
b)      Anjuran dan ajaran tentang untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada murtad, yang mengakibatkan seorang muslim keluar dari agamanya, seperti meragukan kebenaran adanya Allah, meragukan kebenaran risalah Rasulullah saw, meragukan adanya hari kiamat, meragukan kebenaran al-Qur’an dan lain-lain. Termasuk keyakinan yang mendustakan kebenaran syariat shalat, puasa, zakat, dan haji.
c)      Beribadah kepada Allah, yang terdiri dari ibadah yang telah diatur tata cara pelaksanaannya (mahdah), dan ibadah yaang berkaitan kedudukan manusia sebagai khalifah Allah (ghairu mahdah).
2.      Beribadah dan mengabdi kepada Allah dalam semua aktivitas kehidupannya.
3.      Keyakinan bahwa Allah mempunyai sifat yang baik (dalam al asmaul husna).
Selain itu, untuk menilai apakah perbuatan/akhlak itu baik atau buruk diperlukan pula tolak ukur, yang baik atau buruk menurut siapa, dan apa ukurannya. Imam Al-Ghazali membagi tingkatan keburukan akhlak menjadi empat macam, yaitu:
  1. Keburukan akhlak yang timbul karena ketidaksanggupan seseorang mengendalikan nafsunya, sehingga pelakunya disebut al-jahil.
  2. Perbuatan yang diketahui keburukannya, tetapi ia tidak bisa meninggalkannya karena nafsunya sudah menguasai dirinya, sehingga pelakunya disebut al-jahil al-dhollu.
  3. Keburukan akhlak yang dilakukan oleh seseorang, karena pengertian baik baginya sudah kabur, sehingga perbuatan buruklah yang dianggapnya baik. Maka pelakunya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq.
  4. Perbuatan buruk yang sangat berbahaya terhadap masyarakat pada umumnya, sedangkan tidak terdapat tanda-tanda kesadaran bagi pelakunya, kecuali hanya kekhawatiran akan menimbulkan pengorbanan yang lebih hebat lagi. Orang yang melakukannya disebut al-jahil al-dhollu al-fasiq al-syarir.
Menurut Imam Al-Ghazali, tingkatan keburukan akhlak yang pertama, kedua dan ketiga masih bisa dididik dengan baik, sedangkan tingkatan keempat sama sekali tidak bisa dipulihkan kembali. Karena itu, agama Islam membolehkannya untuk memberikan hukuman mati bagi pelakunya, agar tidak meresahkan masyarakat umum. Sebab kalu dibiarkan hidup, besar kemungkinannya akan melakukan lagi hal-hal yang mengorbankan orang banyak.
Banyak sekali petunjuk dalam agama yang dapat dijadikan sarana untuk memperbaiki akhlak manusia, antara lain anjuran untuk selalu bertobat, bersabar, bersyukur, bertawakal, mencintai orang lain, mengasihani serta menolongnya. Anjuran-anjuran itu sering didapatkan dalam ayat-ayat akhlak, sebagai nasihat bagi orang-orang yang sering melakukan perbuatan buruk.
C.    Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Telah disebutkan dalam pembahasan terdahulu, bahwa akhlak merupakan salah satu indikator ketinggian derajat seseorang baik dalam penilaian Allah dan penilaian manusia, karena dengan menggunakan akhlak maka seseorang akan menjaga diri untuk selalu dalam hubungan yang baik kepada Allah dan sesama makhluknya. Disinilah secara garis besar manfaat seseorang memiliki akhlak yang mulia.
Sebelum mempelajari manfaat mempelajari ilmu akhlak, maka terlebih dahulu perlu dijelaskantujuan ilmu akhlak yang menurut Ahmad Amin adalah sebagai berikut :
“Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya  menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan yang baik dan sebagian perbuataan lainnya yang buruk. Bersikap adil merupakan sifat yang baik, sedangkan berbuat dzalim termasuk perbuatan yang buruk, membayar hutaang kepada pemiliknya termasuk sikap yang baik dan mengingkari perbuatan termasuk sikap yang buruk”.

Senada dengan Ahmad Amin, Mustafa Zahri menyatakan tujuan pembelajaran akhlak adalah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati mennjadi suci, bersih, bening seperti cermin.
Berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran akhlak sebagaimana diatas maka dapat dikemukakan manfaat dalam mempelajari ilmu akhlak :
1.      Seseorang dapat membedakan hal/perilaku dan perbuatan yang baik dan dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang ditentukan dalam sumber ilmu akhlak adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits. Seluruh ajaran baik yang dianjurkan maupun yang dilarang untuk dikerjakan, banyak diambil dari kedua sumber ajaran islam tersebut. Dalam pembahasan-pembahasan tentang akhlak selalu dijelaskan perbuatan/prilaku  yang diperintahkan dan mana perbuatan yang dilarang. Dengan demikian ilmu akhlak dapat menjadi pegangan dan pedoman sehinggga seorang dapat memilah dan memilih perbuatan-perbuatannya. Dengan anggapan yang demikian seseorang yang mempelajari ilmu akhlak, dapat menuntunnya kearah perbuatan/sifat dan karakter yang sesuai dengan ajaran Allah, serta menghindar dari larangan-larangan Allah SWT.
2.      Selalu dalam posisi dekat dengan Allah dan sesama manusia.
Manfaat lain dari pembelajaran ilmu akhlak adalah memberikan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman untuk mencapai kedekatan dengan Allah. Upaya pendekatan diri seorang hamba dengan sang Pencipta dilakukan melalui pengalaman ajaran-ajaran akhlak dengan istiqomah melaksanakan serangkaian amal sholeh sebagai wasilah menuju Allah. Wasilah itu dapat berupa shalat lima waktu, shalat sunnat (tahajjud, dhuha, witir, dan lain-lain), dzikir, puasa wajib dan sunnat, zakat, shadaqah, haji, umrah, dan semua amalan yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Allah. Dengan menjalankan semua bentuk peribadatan itu seorang akan merasakan nikmat dan anugerah dari Allah, yang pada level tertinggi, yaitu merasa dekat kepada Alllah, yang pada akhirnya mencapai tingkatan mahabbah dan ma’rifat kepada Allah.
3.      Memperkuat dan memperbaiki hidupdan ibadahnya.
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik/mulia, maka ia akan mendapat kemudahan-kemudahan dalam menjalani kehidupnya. Ini dapat dilakukan karena ia dapat menjadi teman dan sahabat bagi siapa saja melalui kelembutan dan ketinggian kepribadian yang ia miliki. Demikian juga ketika ia dapat menghiasi dengan akhlak yang mulia maka ia dapat meninngkatkan kualitas ibadah, karena pada hakikatnya akhlak dapat membawa kekhusyukan, keikhlasan dan kepasrahan, tawadlu, berbaik sangka dan ketergantungan hanya kepada Allah. Semua sikap dan pola pikir diatas akan memberikan makna yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga akan meningkatkan kuualitas ibadahnya juga meningkat lebih baik.
4.      Menjadi manusia yang sempurna (insan kamil).
Ketika seorang muslim selalu  berusaha untuk mmenghiasi diri dengan akhak-akhlak yang terpuji (al akhlak al mahmudah) dan mengosongkan diri dengan akhlak yang tercela (al akhlak al madmumah), maka ia akan mencapai tingkatan tajalli, yaitu terpencarnya cahaya Ilahi sehingga ia akan menjadi manusia yang sempurna (insan kamil). Derajat insan kamil hanya akan dicapai oleh pribadi-pribadi agung yang dapat menampilkan keluhuran dan kemuliaan akhlak dalam semua segi kehidupannya seperti yang dicapai oleh Rasulullah Muhammad SAW.
Jika tujuan ilmu akhlak tersebut tercapai, maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang yang pada gilirannya melahirkan perbuatan terpuji. Dengan perbuatan terpuji ini, akan lahirlah keadaan masyarakat yang damai, sejahtera, harmoni lahir dan batin, yang memungkinkan ia dapat beraktifitas guna mencapai kebahagiaan hidup didunia dan juga di akhirat.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Ilmu Akhlak adalah ilmu yang mempelajari sifat/perbuatan/amalan/prilaku yang menghasilkan keutamaandan kemuliaan serta cara-cara yang harus ditempuh untuk menncapainya, disamping itu, ia juga mempelajari sifat/perbuatan/amalan/prilaku yang mengakibatkan kehinaan dan kerendahan. Dalam banyak riwayat disebutkan bahwa, ketinggian dan keluhuran akhlak  sangat menentukan derajat manusia, baik dihadapan Allah maupun dihadapan sesama manusia. Karena akhlak dapat menjadikan seseorang dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dapat menjadi tanggung jawab sebagai seorang muslim.
Objek kajian yang dibahas dalam ilmu akhlak pada intinya adalah perbuatan manusia. Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Dengan demikian obyek pembahasan ilmu Akhlak berkaitan dengan norma atau penilaian terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.
Berkaitan dengan perilaku manusia, maka  ilmu akhlak memberikan pembelajaran bagaimana manusia berperilaku dan bertindak sehingga ia dapat memperoleh perilaku dan tindakan yang sesuai dengan aturan Allah. Sedangkan berkaitan dengan sifat dan karakter, ilmu akhlak memberikan pembelajaran bagaimana menjadikan sifat dan karakter tersebut tertanam dengan kuat dijiwa seseorang. Proses pembentukan dan penanaman karakter itu dapat melalui pembiasaan latihan, dan keteladanan.
akhlak merupakan salah satu indikator ketinggian derajat seseorang baik dalam penilaian Allah dan penilaian manusia, karena dengan menggunakan akhlak maka seseorang akan menjaga diri untuk selalu dalam hubungan yang baik kepada Allah dan sesama makhluknya. Disinilah secara garis besar manfaat seseorang memiliki akhlak yang mulia.


B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini maupun dalam penyajiannya kami selaku manusia biasa menyadari adanya beberapa kesalahan oleh karena itu kami mengharapkan kritik maupun saran khususnya dari Dosen Pembimbing Bapak Drs. Zainol Hasan M.Ag yang bersifat membantu dan membangun agar kami tidak melakukan kesalahan yang sama dalam penyusunan makalah yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. Mohammad Muchlis Solichin, M.Ag, Akhlak dan Tasawuf. Surabaya: Pena Salsabila, 2014.
http://www.perkuliahan.com/makalah-pendidikan-ilmu-akhlak/
http://iingwelano.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pengertian-akhlak-ruang-lingkup.html
https://versioncom.wordpress.com/2014/07/10/pengertian-ruang-lingkung-manfaat-ilmu-akhlak/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar